Kamis, 19 September 2013

KEKAYAAN BAGI TUHAN


Allah tidak pernah mencela orang kaya karena kekayaannya, tetapi Allah sering mencela orang kaya karena sikapnya yang sombong atau yang menindas orang miskin. Adanya orang-orang kaya dalam Alkitab yang beriman—misalnya Abraham (Kejadian 13:2)
menunjukkan bahwa Allah tidak menghendaki sistem pemerataan paksa seperti yang dilakukan oleh kelompok komunis pada masa lampau. Dalam pandangan Alkitab, kekayaan seharusnya dipakai sebagai alat untuk menolong orang miskin atau orang yang memerlukan bantuan. Dengan demikian, kekayaan bisa menjadi alat untuk mempersatukan umat Allah.
Pembagian tanah bagi suku-suku di Israel yang disesuaikan dengan jumlah penduduk setiap suku dan sistem pembebasan (pengembalian) tanah pada Tahun Yobel menunjukkan bahwa Allah menghendaki terjadinya keadilan sosial di antara umat Israel. Aturan menyangkut ahli waris wanita yang dikisahkan dalam bacaan Alkitab hari ini menunjukkan bahwa Allah tidak menghendaki terjadinya ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.

Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengajarkan bahwa perbedaan kaya-miskin itu seharusnya direspons dengan sikap memberi terhadap saudara seiman kita yang kekurangan agar terjadi keseimbangan .“Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.” (2Kor 8:13)

 Rasul Paulus memberikan contoh tentang jemaat Makedonia yang miskin, namun mereka kaya dalam hal memberi. Mereka mengumpulkan uang untuk mendukung jemaat di Yerusalem yang miskin, sebagai respons terhadap berkat rohani yang telah mereka terima dari jemaat Yerusalem
 “Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem. Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka. Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka.” (Rm 15:26-27)

Masih banyak suku-suku di Indonesia, mereka tinggal dipelosok-pelosok pulau. Tersebar hampir disemua kepulauan, mereka belum dijangkau Injil. Bagaimana mereka dapat dimenangkan kalau tidak ada yg datang melayani mereka ? bagaimana ada penginjil yg datang kalau tidak ada yg mengutus, membiayai dan menanggungnya. Sementara masih banyak orang kaya yg tidak peduli dg pelayanan seperti ini ? (Roma 10:13-15). “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"” (Rm 10:13-15)

Gereja dikota masih lebih tertarik membangun gedung greja dengan dana yg besar, dibanding memberi dana untuk pelayanan suku yg masih terabaikan. Adakah suara ini bisa didengar dan memotivasi kita semua ?
2 Korintus 8:13-14
“Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar