Minggu, 31 Agustus 2014

ALLAH BAGI ORANG YANG HIDUP




ALLAH BAGI ORANG YANG HIDUP.
M
ari kita lanjutkan mempelajari firman Tuhan di dalam Matius 22:23-33. Di sini kita melihat orang-orang Saduki bertanya kepada Tuhan Yesus sebuah pertanyaan tentang Kebangkitan, dan alasannya adalah orang-orang Saduki tidak percaya akan hal Kebangkitan. Mereka adalah sekelompok orang-orang Yahudi yang memiliki kuasa politik yang sangat penting di Israel, tetapi tidak seperti orang-orang Farisi yang percaya akan Kebangkitan, orang-orang Saduki kebanyakan adalah keturunan bangsawan dari masyarakat Yahudi, termasuk juga pegawai-pegawai pemerintahan mereka. Mereka tidak percaya tentang hal Kebangkitan.
Orang-orang Saduki Tidak Mempercayai Kebangkitan, Mencobai Yesus
Orang-orang Saduki memiliki satu keanehan; mereka mendasari iman mereka pada dasarnya atas kelima buku pertama dari Perjanjian Lama yang disebut Pentateukh - kelima buku pertama - dari Kejadian sampai Ulangan. Bagi mereka ini adalah otoritas tertinggi dalam hal iman dan mereka mempertahankan bahwa di dalam Pentateukh mereka tidak dapat menemukan ajaran tentang Kebangkitan. Iman orang Saduki pada dasarnya didasari oleh Pentateukh, bahwa itulah dokumen otoritas yang tertinggi bagi mereka, karena itu mereka tetap mempertahankan bahwa apabila mereka tidak dapat menemukan pengajaran yang eksplisit tentang Kebangkitan di dalam kelima buku pertama itu, makanya mereka tidak percaya akan hal itu.
Di sini mereka menyampaikan pertanyaan itu dengan tujuan untuk memperdayakan: bahwa jikalau Kebangkitan itu benar, maka keadaan-keadaan yang tidak mungkin akan muncul, seperti situasi yang akan mereka ceritakan kepada Tuhan Yesus. Mereka berharap bahwa dengan pertanyaan yang memperdayakan semacam ini, mereka dapat menjebak Tuhan Yesus dan dapat membawa Dia ke dalam posisi terjepit, yang mana Dia tidak dapat memberikan sebuah bantahan perlawanan.
Jadi inilah yang menjadi latar belakang dari pasal ini kalau kita membacanya dari ayat 23 dari Matius pasal 22.
Mat 22:23-38  Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati. Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."
"Ah," mereka berpikir, "ini adalah pertanyaan yang mematikan, yang satu ini sungguh akan mematikan semua perlawanan." [Kita lanjutkan membaca:]
Tetapi Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga. Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup." Dan orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.
Bagi Tuhan Yesus, jawaban kepada pertanyaan ini terdiri dari dua bagian. Yang pertama, berbicara tentang isteri siapakah perempuan ini: Anda lihat, situasinya dapat dilihat kemudian di surga, apabila mereka sampai di surga nanti, semua ketujuh saudara laki-lakinya akan menuntut bahwa perempuan ini adalah isteri mereka. Mungkin mereka akan bertarung tinju di surga dan mengakibatkan kebingungan yang besar dan memalukan di pengadilan surga, di mana tujuh orang, bertengkar tentang siapa yang berhak atas perempuan itu sebagai isterinya pada waktu itu karena mereka semua pada suatu waktu pernah mengawininya. Tentu saja hal ini merupakan bagian dari Hukum Musa, karena apabila saudara laki tertua mati dengan tidak meninggalkan warisan, itu akan menyebabkan bermacam-macam persoalan. Yang pertama adalah garis keturunannya akan terhenti, dan ini juga berarti tidak akan ada ahli waris atas miliknya, atas tanah-tanah yang dia miliki. Jadi, hal ini dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima. Oleh karena itu, saudaranya akan mengawini isteri saudaranya yang telah mati itu dan anak-anak dari istrinya yang ini akan dianggap anak-anak dari saudaranya itu, bukan dirinya sendiri. Anak-anak itu akan menjadi warisan-warisan bagi saudaranya yang telah meninggal itu. Dia akan membesarkan anak-anak itu bagi saudaranya. Itu merupakan suatu kewajiban bagi seseorang untuk melakukan sesuatu untuk meneruskan garis keturunan dari saudaranya yang telah meninggal itu. Jikalau begitu kasusnya, mereka mempunyai pemikiran secara hipotesis tentang apa yang akan terjadi apabila saudara yang kedua juga mati tanpa meninggalkan satu anakpun bagi saudaranya yang telah lebih dahulu mati sebelum dia, dan demikian juga sampai kepada saudara yang ketujuh. Hal ini akan menciptakan suatu keadaan yang sangat membingungkan dan memalukan di surga, apabila anda menemui tujuh orang laki-laki bertengkar mengenai isteri siapakah sebenarnya perempuan itu.
Tuhan Yesus berkata, "Kamu sungguh-sungguh tidak mengerti mengenai kenyataan perkara-perkara ini di surga. Pada kenyataannya, di surga tidak seorangpun mengawini siapapun di surga, bahwa kematian merupakan akhir dari perkawinan. Perkawinan diakhiri dengan kematian. Di surga kamu tidak lagi menjadi isteri dari siapapun, dari segi hukum. Oleh karena itu, persoalan ini sebenarnya tidak akan muncul. Tetapi yang kedua, apakah kamu tidak membaca di dalam Pentateukh? Kamu berkata bahwa Pentateukh merupakan otoritas terakhir bagi kamu. Karena itu, izinkan Aku menunjukkan sesuatu kepada kamu dari Pentateukh. Di dalam Keluaran 3:6 Tuhan berbicara kepada Musa pada waktu Dia menampakkan DiriNya kepada Musa di dalam semak belukar yang terbakar, dan berkata kepada Musa, "Akulah Allah Abraham dan Allah Ishak dan Allah Yakub.'" Itulah yang Dia katakan.

Mengerti Kitab Suci Berarti Memahami Rohnya
Mari kita lihat beberapa hal. Tuhan Yesus berkata, "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah." [ayat 29] Ini adalah suatu pernyataan yang mengejutkan karena mereka sungguh-sungguh mengira bahwa mereka sendiri telah mengerti Kitab Suci dengan sangat baik. Ketika Tuhan Yesus berbicara tentang mengerti Kitab Suci, Dia tidak bermaksud berapa tahun anda sudah mempelajarinya di Sekolah Alkitab. Anda dapat saja menghabiskan waktu yang sangat panjang di sekolah Alkitab dan tidak mengerti Kitab Suci. Pada kenyataannya, anda dapat belajar teologia dan tidak mengerti Kitab Suci. Ini tentu saja bukanlah sesuatu yang mengherankan. Ketika saya berada di Institut Alkitab, di tengah-tengah kami ada seseorang dari Oxford - lulusan dari Oxford - sedang mengikuti pelajaran di Institut Alkitab tersebut. Kami semua bertanya kepadanya, "Bukankah saudara telah lulus dari jurusan teologia di Oxford? Buat apa saudara datang ke sini, ke Institut Alkitab ini?" Dia menjawab, "Saya datang untuk belajar Alkitab, untuk itulah saya datang. Ketika saya berada di Oxford, saya belajar teologia. Saya tidak mengerti Alkitab. Sekarang saya ingin mengerti Alkitab." Tetapi biarkan saya mengatakan kepada anda bahwa anda dapat menghabiskan seluruh waktu anda di Institut Alkitab dan sedikitpun tidak mengerti Kitab Suci juga. Adalah satu hal untuk mengetahui tentang Kitab Suci, mengetahui cukup banyak hal yang dikatakan Alkitab; tetapi merupakan hal yang berbeda untuk mengerti apa yang dimaksudkannya. Jadi untuk mengerti Kitab Suci menurut Tuhan Yesus, adalah berbicara tentang pengertian akan rohnya, memahami apa yang dikatakannya, bukan hanya sekedar memiliki pengetahuan yang banyak tentang hal itu.
Seorang profesor theologia - seorang professor! - boleh saja mengetahui banyak tentang Alkitab. Dia dapat memberitahu anda fakta-fakta dan angka-angka mengenai hal ini dan latar belakang dari hal itu dan latar belakang dari hal ini. Itu tidak berarti dia mengerti Alkitab. Mengerti Alkitab adalah mengerti pikiran Tuhan. Anda dapat saja belajar Alkitab sebagai kesusasteraan. Sebenarnya, anda dapat menemukan di banyak toko buku, sebuah buku yang benar-benar berjudul 'Alkitab Sebagai Kitab Kesusasteraan'. Anda dapat mengetahui Alkitab sebagai hasil sastra dengan sangat baik. Itu tidak berarti anda telah mengerti Kitab Suci; itu tidak berarti bahwa anda memahami semangat dari apa yang dikatakannya.

Mengerti Kuasa Allah Berarti Mengalami KuasaNya
Hal yang kedua secara langsung berhubungan dengannya: 'maupun kuasa Allah'. Anda tidak mengerti Kitab Suci; anda juga tidak akan mengerti kuasa Allah. Jadi satu hal yang penting di dalam mengerti Kitab Suci adalah mengerti kuasa Allah, dan mengerti kuasa Allah ada hubungannya dengan mengalami kuasaNya. Itulah sebabnya mengapa seorang professor teologia tidak semestinya mengerti Kitab Suci, karena dia tidak mengerti kuasa Allah. Jikalau dia tidak mengerti kuasa Allah, maka pengetahuannya tentang Kitab Suci secara mendasar  hanyalah mengetahui Kitab Suci sebagai hasil sastera, yaitu mengetahui Kitab Suci sebagai semacam filsafat, atau mengetahui Kitab Suci sebagai sejarah. Alkitab memang berisi sejarah dan juga berisi kesusasteraan dan ia juga berisi, kalau anda suka menyebutnya, suatu filsafat keagamaan atau suatu filsafat tentang agama. Alkitab berisi semuanya ini. Anda juga dapat mempelajarinya dari sudut pandangan ilmu purbakala. Anda dapat mempelajarinya dari sudut pandangan linguistik (ilmu bahasa). Anda dapat mempelajarinya dari sudut pandangan ilmu asal mula bahasa-bahasa (filologi). Dan semua ahli-ahli ini, dalam bidang filologi, dalam bidang ilmu purbakala, atau dalam bidang sejarah, semuanya dapat mengklaim bahwa mereka mengetahui Alkitab dengan baik dari sudut pandang mereka masing-masing. Namun, itu bukanlah mengerti Alkitab. Mengerti Alkitab berdasarkan pada, dan tidak dapat dipisahkan dari pengertian akan kuasa Allah. Mengerti kuasa Allah, bagaimanapun juga, berhubungan dengan suatu persekutuan yang hidup dengan Allah. Dan apabila anda tidak memiliki persekutuan yang hidup dengan Allah ini, bagaimana mungkin anda dapat mengalami kuasaNya? Dan apabila anda tidak mengalami kuasaNya, anda juga tidak akan dapat mengerti Kitab Suci. Ini berarti bahwa cara terbaik untuk mempelajari Kitab Suci bukanlah di suatu seminari teologia, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, dengan mempraktekkan firman Tuhan di dalam setiap keadaan yang terjadi hari demi hari.
Tetapi tidak ada salahnya kalau kita mengambil studi di sebuah seminari untuk mempelajari sesuatu tentang sejarah dan sesuatu tentang ilmu purbakala dan sesuatu tentang hal ini dan itu. Beberapa dari kita telah melakukan semua hal-hal ini dan kita lulus dari sana dengan suatu kesadaran yang sangat dalam tentang betapa bodohnya kita dalam pengertian Kitab Suci. Ketika saya keluar, saya menyadari diri saya sebagai orang yang sangat bodoh tentang firman Tuhan. Saya telah belajar linguistiknya (ilmu bahasanya); saya telah belajar ilmu purbakalanya; saya belajar sejarahnya; saya belajar filsafatnya; namun saya masih tidak mengerti firman Tuhan. Kalau anda tanya kepada saya di manakah pasal-pasal ini dan itu, mungkin saya dapat mengatakan kepada anda di mana. Saya tahu Kitab Suci dengan sangat baik secara eksternal. Saya tidak mengerti apa yang terdapat di dalamnya. Hal itulah yang membuat saya sengsara. Dan saya mulai mencari bagaimana dapat lebih dalam lagi masuk ke dalam Kitab Suci, bagaimana untuk memahami artinya dengan memahami arti rohaninya. Kemudian saya menyadari bahwa cara untuk melakukannya adalah dengan menghidupinya. Cara untuk melakukannya adalah hidup di dalam persekutuan yang hidup dengan Allah, dan mengalami kuasaNya.
Sebagai contoh, dalam pasal 8 di Kisah Para Rasul, dikatakan bahwa Tuhan berbicara kepada Filipus tentang hal ini dan itu. Bagaimana anda dapat mengerti hal ini secara akademis atau secara linguistik (ilmu bahasa)? Anda tidak dapat mengerti sama sekali arti rohani dari semuanya itu kecuali jika Tuhan telah pernah berbicara kepada anda. Maksud saya, urusan mengenai Tuhan berbicara kepada para nabi, atau Tuhan mengatakan kepada Filipus untuk pergi ke sini, ke sana, dan menemui seseorang di padang gurun, semua hal ini tidak masuk akal. Anda mengerti apa yang dimaksudkannya. Anda tahu apa yang dimaksudkan dari kata-kata itu secara linguistik (ilmu bahasa). Anda dapat mempelajari tata bahasa Yunani bagi ayat-ayat itu; anda dapat mempelajari sejarahnya; anda dapat mempelajari tentang seperti apakah sida-sida itu; anda dapat mempelajari tentang apa yang terjadi dengan gereja di Samaria, dan lain sebagainya. Hal ini dapat anda lakukan, tetapi anda masih tidak mengerti apa yang dimaksudkan ketika Tuhan berbicara kepada Filipus, "Pergi dan temuilah sida-sida itu." Anda tidak mempunyai bayangan, karena anda belum mengalaminya. Anda tidak mengerti apa yang dimaksudkannya.
Roh Tuhan turun pada hari Pentakosta - apa artinya itu? Anda tidak dapat mengerti apa yang dimaksudkan dengan mempelajari sejarahnya atau dengan menyelidiki bahasa Yunaninya. Anda tidak mengerti apa yang dimaksudkannya. Apakah artinya Roh Allah masuk ke dalam kehidupan seseorang? Anda lihatlah, tidak ada cara untuk mengerti hal ini kecuali anda telah mengalaminya, mengalami kuasa Allah masuk ke dalam hidup anda.

Kita Dapat Mengerti Kebangkitan Apabila Kita Mengalaminya
Tetapi apakah artinya Kebangkitan itu? Apa artinya hal itu? Bagaimana anda akan menjelaskan hal ini dari sudut pandangan sejarah, dari segi linguistik, dan sebagainya? Anda dapat berdebat tentang historisnya Kebangkitan, itu hal yang baik, dan ada banyak orang yang melakukan hal ini. Tetapi meskipun anda menyetujui bahwa Kebangkitan itu, dari segi sejarah memang benar, anda tetap tidak dapat mengerti hal itu, bukan? Anda masih belum masuk ke dalam arti rohaninya. Anda masih tidak mengerti. Tetapi apabila kuasa Tuhan masuk ke dalam hidup anda dan membangkitkan anda, maka anda akan mengerti apa itu Kebangkitan karena sekarang anda sudah mengalaminya. Sekarang baru kita memahami apa arti semuanya itu.
Ketika Tuhan mengangkat anda, orang yang mati rohaninya, dan membangkitkan anda ke dalam kehidupan rohani, dan mengubahkan anda menjadi suatu ciptaan yang baru, anda mulai mengerti tentang apa artinya Kebangkitan itu karena sekarang anda sudah mengalami Kebangkitan. Anda sudah mengalami apa artinya menjadi manusia baru oleh kuasa Allah. Ketika anda mengalaminya, anda mengerti Kebangkitan lebih baik daripada profesor teologia siapapun yang belum pernah mengalami kuasa Tuhan yang dapat menciptakan manusia baru dari seseorang, bukan? Hal itu mudah untuk dipahami. Dia tidak mengerti Kebangkitan. Dia tahu bahasa Yunani lebih baik daripada anda, tetapi karena dia belum pernah mengalami kuasa Tuhan yang dapat mengubah dia, membangkitkan dia dari kematian rohani masuk ke dalam kehidupan rohani, dia tidak mengerti Kebangkitan. Bagi dia, Kebangkitan merupakan sesuatu yang dapat diperdebatkan di tingkat ilmu filsafat. Dia hanya dapat melakukan itu oleh karena dia tidak mengerti apa yang dimaksudkannya; dia belum mengalaminya. Kalau demikian Kebangkitan adalah suatu hal yang harus kita alami - di dalam batin kita - sehingga dapat menghargai bagaimanakah kuasa itu, dan kemudian anda dapat melanjutkan untuk melihat apa artinya dibangkitkan secara jasmani.
Saya mengenal seorang dokter yang suatu kali berkata kepada saya bagaimana Tuhan telah membangkitkan seorang yang telah mati, mati jasmani, melaluinya, melalui doa-doanya. Melalui doa permohonannya dan doa syafaatnya, orang yang mati jasmani ini hidup kembali. Orang itu mengerti arti Kebangkitan. Saudara itu, yaitu dokter itu dapat memberitahu anda apa artinya Kebangkitan itu. Dia melihatnya dengan matanya sendiri. Maksud saya dia itu seorang dokter; dia tahu kalau seseorang itu mati. Mungkin anda tidak mengetahui apakah seseorang itu benar-benar mati atau tidak, mungkin orang lain tidak mengetahui, tetapi dia tahu. Paling tidak, walaupun dia tidak mengerti hal-hal yang lain, dia tahu seperti apa orang yang mati itu. Tetapi melalui doa, memohon kepada Tuhan, meratapi - dia berlutut di samping orang mati ini dan meratap dan memohon kepada Tuhan - tiba-tiba, orang itu bangkit dari kematian, dia yang telah mati selama kira-kira satu jam. Ini luarbiasa sekali. Orang-orang seperti ini yang mengalami kuasa Tuhan mengerti apa artinya Kebangkitan. Dokter ini mengerti Kebangkitan jauh lebih baik daripada seorang profesor teologia karena seorang professor teologia, yang duduk di dalam menara akademisnya, belum pernah mengalaminya.
Kitab Suci Dan Kuasa Allah Itu Terikat Bersama-sama Dan Tidak Terpisahkan
Sekarang, inilah yang dikatakan Tuhan, kamu tidak mengetahui Kitab Suci sama sekali sebab kamu tidak mengerti kuasa Allah. Kedua hal ini - Kitab Suci dan kuasa Allah - terikat bersama-sama dan tak terpisahkan. Anda tidak dapat hanya belajar yang satu dan mengabaikan yang lain. firman Tuhan berhubungan dengan kehidupan, dan mengalami kuasa Allah dalam kehidupan kita sehari-hari merupakan jalan untuk mengerti Kitab Suci. Semakin anda berjalan bersama Tuhan, semakin lebih anda akan mengerti Kitab Suci. Inilah sebabnya mengapa ada banyak orang yang rendah hati yang tidak pernah kuliah di institusi-institusi akademis yang mengetahui firman Tuhan lebih daripada beberapa pengkhotbah, bahkan lebih daripada beberapa profesor, karena mereka telah lama hidup bergaul dengan Allah. Hal ini sangatlah penting! Di sini saya tidak berkata bahwa tidaklah penting untuk mengerti ilmu purbakala dan sejarah dan yang lainnya; ada tempatnya masing-masing untuk semuanya itu. Tetapi hal-hal ini tidak dapat menuntun anda masuk ke dalam kedalaman yang sepenuhnya dari Firman Kehidupan, kecuali anda hidup bergaul dengan Allah.
Hal lain yang dapat kita lihat ketika kita berbicara tentang Kebangkitan adalah pengertian Tuhan Yesus yang amat sangat dalam akan Firman Allah. PengertianNya akan Firman Allah begitu dalam sekali sehingga para penafsir seringkali mendapatkan masalah besar untuk menerangkan perkataan-perkataan Tuhan Yesus. Ajaran Tuhan Yesus tidak mudah untuk diterangkan, kecuali anda dapat masuk ke dalam pemikiranNya, masuk ke dalam RohNya, masuk dengan hidup bergaul denganNya ke dalam suatu pengertian yang lebih dalam akan cara kerja akal budi Tuhan Yesus, cara Dia berpikir, untuk mengerti pikiran Allah. Inilah sebabnya saya mendapatkan bahwa saya dapat mengerti firman Tuhan lebih banyak dengan bergulirnya waktu, seraya saya belajar hidup bergaul lebih dekat dengan Tuhan. Itulah caranya untuk mengerti firman Tuhan dengan lebih  baik.

Untuk Membuktikan Kebangkitan, Yesus Mengutip: "Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub"
Bagi bagian yang penting ini, kita akan berkonsentrasi pada ayat 32 pada hari ini. Tuhan Yesus berkata kepada orang-orang Saduki bahwa justru di dalam buku yang berotoritas bagi mereka, yaitu Pentateukh, kelima buku yang pertama dari Musa, "Tuhan Allah berkata kepadamu." Perhatikan kata-kata ini: "Tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah kepadamu...". Kata-kata itu sebenarnya ditujukan kepada Musa, namun Firman Kehidupan selalu tetap berlaku bagi setiap orang. Dan Dia berkata bahwa perkataan-perkataan ini ditujukan kepada anda sama seperti kepada Musa. Di dalam semak belukar yang terbakar, Allah memperlihatkan diriNya kepada Musa dan berkata kepadanya, "Akulah Allah Abraham dan Allah Ishak dan Allah Yakub." Itulah yang Dia katakan. Kebangkitan ada justru di dalam perkataan-perkataan itu. Di dalam perkataan-perkataan itu? Di mana? Hmm? Anda membacanya berulang-ulang dan anda masih tidak dapat melihat adanya Kebangkitan. Bagaimana hal itu dapat membuktikan Kebangkitan? Saya yakin berulangkali anda telah melihat ayat ini, dan bertanya-tanya, "Bagaimana hal ini dapat membuktikan Kebangkitan?" Dia hanya berkata, "Akulah Allah Abraham, dan Allah Ishak, dan Allah Yakub." Di manakah terdapat Kebangkitan di situ? Kadang-kadang, terdapat suatu kedalaman di dalam Kitab Suci yang dengan begitu saja kita melewatkan tanpa melihat kedalaman artinya. Kita melihatnya dan melihatnya berulang kali dan kita sama sekali tidak melihat adanya Kebangkitan di sana. Namun, Tuhan hanya berkata kepada orang-orang Saduki, tanpa menerangkannya, "Itulah yang Allah katakan. Tidakkah kamu melihat? Di sanalah ada Kebangkitan." Dan anda menggaruk kepala anda dan berkata, "Kebangkitan? Di mana? Aku tidak melihatnya." Saya bertanya-tanya apakah orang-orang Saduki dapat melihatnya?
Sekarang, bagaimana kita dapat mengerti pernyataan ini? Pernyataan ini sering kali menantang hati saya, dan ini merupakan salah satu bagian yang lebih sulit dari pengajaran Tuhan untuk dipahami dan dijelaskan. Dan oleh karena kebutaan kita sendiri, kita menemui kesulitan yang besar untuk memahami hal ini. Jadi apa sebenarnya yang diterangkan di sini? Sejak awalnya di Gereja mula-mula, hal itu diterangkan demikian: "Akulah Allah Abraham." Jadi, tekanannya terdapat pada perkataan "Aku adalah" (I am), bukan "Aku dahulu Allah Abraham" (I was), tetapi "Aku adalah Allah Abraham." (I am the God of Abraham...., bukan I was the God of Abraham......) Melihat bahwa pernyataan ini adalah katakerja masa kini, hal ini menunjukkan bahwa karena Allah berkata, "Akulah Allah mereka," maka Abraham, Ishak dan Yakub masih hidup karena jika mereka mati, orang akan mengira bahwa Allah akan berkata, "Aku dahulu adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub." (I was the God of Abraham, Isaac and Jacob.) Karena sekarang mereka tidak ada lagi. Mereka telah mati. Mereka telah lenyap. Oleh karena itu, "Aku adalah" menunjukkan bahwa mereka juga masih tetap hidup. Penafsiran ini telah dipakai sejak masa Gereja mula-mula, tetapi penafsiran ini belum benar-benar memuaskan, karena dua alasan.
Yang pertama adalah bahwa Bahasa Ibrani tidak memiliki kata 'adalah' : "Aku Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub." Itulah yang ditemukan di dalam kitab bahasa Ibrani. Kitab Septuaginta (*Alkitab yang ditulis dalam Bahasa Yunani), tentu saja, karena mirip dengan bahasa Inggris, anda harus memasukkan katakerja di suatu tempat. Anda tidak boleh mengadakan satu kalimat tanpa suatu katakerja. Anda boleh begitu di dalam bahasa Ibrani; tetapi anda tidak boleh di dalam bahasa Yunani.  Septuagint memang menterjemahkan "Aku adalah" - dalam katakerja masa kini. Tetapi sudah tentu, itu hanya terjemahan. Dalam bahasa Ibrani, yaitu bahasa aslinya, tidak memiliki hal itu. Tetapi sudah jelas mereka harus menterjemahkan suatu katakerja di dalamnya dan Septuagint dapat dibenarkan kalau menterjemahkannya dengan katakerja masa kini.
Tetapi yang kedua, cara penjelasannya saja sudah salah, jikalau anda memperdebatkannya dengan cara ini. Mengatakan bahwa "Aku adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub" belum tentu dapat membuktikan bahwa Abraham, Ishak dan Yakub masih hidup, bukan? Sekarang, jikalau anda menggunakan perkataannya seperti ini, "Aku adalah guru x, y, dan z", itu dapat menyatakan secara tidak langsung bahwa x, y, dan z bisa saja masih hidup karena saya telah mengatakan bahwa saya guru mereka. Tetapi kalau mereka telah mati, anda akan mengira saya akan mengatakan, "Aku dahulu adalah guru mereka" karena mereka tidak lagi hidup. Hal itu sebenarnya belum tentu demikian. Anda masih menjadi guru mereka,  walaupun anda sebenarnya sudah tidak mengajar mereka lagi. Lebih dari itu, pada kenyataannya tetap benar bahwa anda adalah guru mereka, meskipun mereka tidak hidup lagi.
Hal ini lebih jelasnya demikian. Saya dapat berkata, "Saya adalah bapanya x, y, dan z." Kalimat ini tidak salah meskipun jikalau x, y dan z tidak hidup lagi. Sayalah bapa mereka, mereka sudah mati, tetapi saya tidak perlu mengatakan, "Saya dahulu adalah bapa mereka." Sejak itu anda sudah menjadi apa? Maksud saya, sementara ini, apakah anda sudah berhenti menjadi bapa mereka? Anda masih: "Saya adalah bapanya x, y dan z." Itu hanya membuktikan bahwa saya masih hidup. Hal itu tidak membuktikan bahwa mereka masih hidup. Maka pernyataan bahwa "Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub" akan membuktikan bahwa Allah itu hidup; ia tidak membuktikan secara logika bahwa Abraham, Ishak dan Yakub masih hidup, bukan? Tidak demikian secara logika. Oleh karena itu, perdebatan mereka dan cara pemikiran mereka tidak dapat diikuti. Terdapat terlalu banyak penafsiran yang adalah salah karena cara pemikiran yang salah. Kita berpikir bahwa kita sudah membuktikan sesuatu padahal kita belum benar-benar membuktikan apa-apa sama sekali.
Jikalau kita tidak dapat mengikuti cara ini dan mendasari perdebatan kita atas cara pemikiran ini, maka di manakah Kebangkitan itu dapat terlihat? Kalau kita tidak dapat menafsirkan dengan menggunakan kalimat ini, "Aku adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub," lalu bagaimanakah kita dapat membuktikan hal itu? Justru di sinilah letak masalahnya. Sudah tentu, bagian ini telah memberi para komentator sakit kepala yang tidak ada habisnya, melihat bahwa mereka tidak berhasil memperoleh penjelasannya. Tetapi mari kita membuktikannya dengan cara lain.
Andainya kita mendekati persoalan ini dengan cara ini: seandainya kita hanya membaca pernyataan ini sebagai, "Aku dahulu adalah Allah Abraham, dan Allah Ishak dan Allah Yakub." Apa yang dapat kita peroleh sebagai pengertiannya? Andaikata untuk sementara ini kita membacanya seperti ini, berarti Allah berkata, "Aku adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub ketika mereka masih hidup. Ketika mereka masih hidup, Aku adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub yang mereka pernah kenal." Jadi kurang lebih itulah artinya kalimat tersebut. Benar? Tetapi pernyataan semacam itu akan menghasilkan sebuah balasan seperti ini: "Jika demikian halnya, apakah manfaat yang telah diperoleh oleh Abraham, Ishak dan Yakub karena pengenalan mereka akan Allah? Kebaikan apakah yang telah diperoleh mereka? Engkau mengatakan kepada saya bahwa Engkau adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub dan mereka semua telah mati dan dikuburkan, jadi manfaat apakah telah diperoleh mereka karena mempunyai Engkau sebagai Allah mereka?"- jikalau kita dapat mengatakannya seperti ini.
Kita sedang beralasan dengan cara yang agak tidak memberi hormat yang sepatutnya, tetapi sekalipun demikian, kita sedang mengejar kebenaran tentang hal ini. Jikalau percaya kepada Allah hanya berakhir pada kematian, sama seperti yang dialami oleh Abraham, Ishak dan Yakub, jadi beritahukan kepada saya apakah perbedaannya antara percaya kepada Allah dan tidak percaya kepada Allah? Apakah perbedaannya antara mengenal Allah atau tidak mengenal Allah? Adakah perbedaannya? Perbedaan apakah yang dihasilkan? Apakah penting kalau kita percaya kepada Allah atau tidak percaya kepada Allah? Ini merupakan pertanyaan yang menentukan bagi kita sekarang. Jikalau tidak ada perbedaan penting, jikalau orang-orang yang beriman binasa sama seperti orang-orang yang tidak beriman, maka tidak ada artinya percaya kepada Allah, bukan? Apakah itu berarti bahwa percaya kepada Allah membuat hidup ini sedikit lebih mudah? Sebenarnya, kenyataannya tidak demikian, ya kan? Saya tidak menganggap bahwa menjadi orang Kristen menjadikan hidup lebih mudah dari pada tidak menjadi Kristen. Ya kan? Dan di dalam Perjanjian Lama juga, tidak pernah ada argumen bahwa menjadi orang Kristen berarti hidupnya lebih mudah dari pada tidak menjadi Kristen. Untuk melihat hal ini, anda hanya perlu membaca Kitab Mazmur untuk mendapati bahwa orang-orang yang beriman selalu dianiaya oleh orang-orang yang tidak beriman, bahwa orang-orang benar selalu berada di bawah penindasan dan tekanan di dalam kehidupan ini. Orang benar tidak memiliki hidup yang lebih mudah daripada mereka yang tidak benar. Pada kenyataannya, seringkali, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Mazmur, orang-orang yang tidak beriman kelihatannya memiliki keberadaan yang lebih baik. Mereka kelihatannya dapat lolos dari segala sesuatu, sementara orang beriman selalu dibuat menderita. Jadi apakah untungnya percaya kepada Allah?
Orang yang tidak percayapun dapat mengalami kehidupan yang sama seperti orang yang percaya dalam hal kesejahteraan. Keuntungan apakah yang diperoleh karena mempercayai Tuhan? Jadi intinya kembali kepada hal ini: ketika Tuhan berbicara kepada Musa, "Aku adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub," apakah sebenarnya yang dimaksudkan Dia? Yang telah Dia katakan hanyalah ini: "Aku adalah Allah dari beberapa orang mati." Dan apakah pentingnya bagi saya untuk mengetahui hal itu? Atau anda dapat mengatakan bahwa Dia adalah Allah dari beberapa orang benar, tetapi bagaimanapun juga, mereka semua telah mati dan dikuburkan, jadi apakah gunanya mengetahui hal itu? Hal itu membawa kita tepat kepada pertanyaan yang telah saya katakan, bahwa percaya kepada Allah sebenarnya tidak membawa perbedaan, karena itu apakah anda percaya kepada Dia atau tidak menjadi suatu pilihan. Oleh sebab itu, pernyataan itu masih tinggal mengambang  tanpa pengertian yang khusus.
Lagi pula, Abraham, Ishak dan Yakub, pada kenyataannya tidak mewarisi janji-janji yang Allah telah berikan kepada mereka. Jadi justru mereka mengakhiri dengan tidak mendapatkan apa-apa sama sekali. Anda bertanya, "Apakah maksud anda?" Nah, hal inilah yang dikatakan Kitab Ibrani. Izinkanlah saya membacakan untuk anda di dalam Ibrani pasal 11. Di dalam kitab Ibrani pasal 11, kita membaca persis tentang hal ini. Ibrani 11:13 berbunyi demikian: "Hal-hal ini" - hal-hal ini menunjukkan kepada Abraham, secara khusus, dan juga kepada Ishak dan Yakub dalam ayat 9. "Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang telah dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakuinya, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini." Mereka mati tanpa memperoleh janji-janji mereka. Mengapa? Karena mereka mencari janji-janji mereka di luar kehidupan ini. Perhatikan lagi. Mari kita membaca lagi sedikit lebih lanjut. Kita membaca mengenai Abraham, yang disebut di dalam ayat 8, "Oleh iman Abraham taat", Ishak dan Yakub disebut dalam ayat 9, "turut menjadi ahli waris" - bahwa Ishak dan Yakub bersama-sama  Abraham mewarisi janji yang sama. Dalam ayat 10, "Sebab ia" - Abraham - "menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah." Dan selanjutnya kita baca dalam ayat 14, "Sebab mereka yang berkata demikian" - yaitu mereka yang mengakui bahwa mereka adalah orang-orang asing dan orang-orang buangan di dalam dunia ini, dalam ayat 13 - "Sebab mereka menyatakan demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal yang telah mereka tinggalkan," yaitu, warisan duniawi yang sudah mereka tinggalkan, "maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ." Mereka dapat kembali kepada kehidupan mereka yang lama di sana yang pernah mereka miliki. Tetapi ayat 16 membaca, "Tetapi sekarang, mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu, satu tanah air surgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka", yang disebut, Yerusalem baru.
Anda lihat, mereka mencari sebuah tanah air surgawi. Mereka mencari janji-janji mereka di dalam tanah air surgawi itu. Mereka adalah peziarah-peziarah dan pendatang-pendatang di atas bumi ini. Mereka tidak mencari janji-janji duniawi. Mereka mencari Allah yang akan menunaikan janji-janji-Nya kepada mereka di tanah air surgawi. Di bumi ini mereka adalah peziarah-peziarah dan pendatang-pendatang, orang-orang asing. Abraham tidak mempunyai warisan di dalam dunia ini. Dia tidak memiliki sedikitpun tanah di Tanah Perjanjian, seperti yang kemudian disebut oleh bangsa Israel. Abraham tidak mewarisi sedikitpun tanah dari padanya. Dia tidak memperoleh Tanah Perjanjian. Dia tidak memiliki apa-apa kecuali satu bidang tanah di mana Sarah dikuburkan. Hanya itu yang dia miliki. Dia membeli satu bidang tanah yang sempit karena dia tidak mempunyai tempat untuk menguburkan istrinya, Sarah, dan oleh karena itu dia bertanya apakah dia boleh membeli satu bidang tanah kecil untuk menguburkan istrinya di dalam tanah itu. Lebih dari itu dia tidak menginginkannya. Dia tidak memiliki tanah yang dapat disebut sebagai miliknya. Dan oleh karena itu, apakah yang telah dia perolehi dari  mengikuti Tuhan? Dia telah meninggalkan tanah kelahirannya; dia pergi sebagai seorang pendatang di mana saja; dia tidak menerima tanah yang dijanjikan. Tetapi ia mencari sebuah kota, kota surgawi.
Jikalau demikian, Allah adalah Allah Abraham, dan Abraham tidak akan mendapatkan janji-janjinya, dan jikalau Abraham tidak memiliki sedikitpun warisan, jadi apa gunanya mengatakan bahwa Allah Abraham menampakkan diriNya kepada Musa? Apakah keuntungannya bahwa Abraham memiliki Allah sebagai Allahnya? Apakah yang diperoleh oleh Abraham dari ikat-janjinya (kovenannya) dengan Allah? Anda dapat berkata, sebenarnya apa yang telah dia peroleh hanyalah kematian, sama seperti semua orang juga mati. Dia juga mati, dan berakhirlah di situ. Oleh karena itu, menurut orang-orang Saduki, ketika Allah berdiri di hadapan Musa, tidak berkata, "Aku adalah Allah Abraham," ketika Abraham tidak ada lagi, karena pernyataan itu bagaimanapun juga tidak memiliki arti. Itu adalah pernyataan yang tidak ada artinya. Apakah anda melihat adanya manfaat di dalamnya? Itu adalah pernyataan yang tidak berarti. Yang ada di sana hanyalah kekecewaan.
Apakah Yang Disampaikan Allah Kepada Musa dan Israel secara Keseluruhan?
Anda lihat, kunci untuk memahami ayat ini berkisar pada satu pengertian yang penting. Pengertian yang penting itu adalah: Apakah yang dinyatakan Allah kepada Musa, dan kepada Israel secara keseluruhan melalui Musa? Apakah yang telah diproklamasikan oleh Allah ketika Dia berkata, "Aku adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub"? Penjelasannya mudah sekali dimengerti jika anda telah dapat melihatnya. Secara sederhana artinya begini: hanya ada dua kemungkinan: apakah Abraham, Ishak dan Yakub masih hidup atau mereka semua telah mati. Hanya ada dua kemungkinan: Apakah mereka hidup atau mereka mati. Pilihan ada di tangan anda. "Menurut kamu, hai orang-orang Saduki, mereka mati." Oleh karena itu, jikalau mereka mati, maka apa yang telah dinyatakan Allah adalah ini: "Aku adalah Allah Abraham yang telah mati; Aku adalah Allah Ishak yang telah mati; Aku adalah Allah Yakub yang telah mati." Benar? Apakah yang telah dinyatakan oleh Allah? Dia memproklamasikan DiriNya sebagai Allah orang mati. Itukah yang dinyatakan oleh Allah? Apakah yang anda percaya ialah Allah seperti itu? Sekarang, anda mulai dapat melihat betapa dalamnya perkataan-perkataan Tuhan ini.
Kita masih dapat mempelajarinya lebih lanjut untuk memahami apa yang Tuhan Yesus maksudkan. "Jikalau kamu, orang-orang Saduki, percaya kepada Allah orang mati, melihat bahwa Abraham, Ishak dan Yakub sudah mati, maka izinkan Aku menjelaskan kepadamu seperti ini: 'entah apakah Tuhan tidak mau, atau Tuhan tidak mampu untuk membangkitkan Abraham, Ishak dan Yakub.' Kamu hanya mempunyai dua pilihan. Kamu mengira dengan mengatakan kepada Aku bahwa di surga, akan terjadi suatu situasi yang memalukan, izinkan Aku mengatakan kepada kamu, posisi kamu jauh lebih buruk karena kamu percaya pada Allah orang mati.  Dan jikalau Dia adalah Allah orang mati, Dia adalah Allah orang mati hanya karena dua alasan yang memungkinkan. Tidak ada pilihan yang ketiga. Salah satunya yaitu Dia tidak mau membangkitkan mereka, atau Dia tidak mampu membangkitkan mereka, dan kedua-dua dari pilihan-pilihan ini akan meninggalkan anda dalam suatu posisi yang tanpa harapan. Jikalau Allah tidak mau membangkitkan Abraham, Ishak dan Yakub, maka Dia bukanlah Allah yang berbelas kasihan. Dan juga Dia bukanlah Allah yang adil."
Allah macam apakah ini yang melihat seseorang yang Dia kasihi dan yang telah mengikat janji denganNya, mati dan hanya membiarkan mereka tinggal dalam kematian? Anda menyebut itu sebagai belas kasihan? Dan Dia juga bukan Allah yang adil karena tidak adil kalau orang yang benar dan orang yang fasik menerima akhir yang sama persis. Oleh karena itu, tidak ada keuntungannya menjadi orang benar jikalau akhir mereka sama persis dengan orang fasik. Tentu saja, justru disinilah di mana orang kafir berharap untuk menang; mereka berkata, "Kamu percaya kepada Tuhan, baiklah. Tetapi akhir hidupmu akan sama dengan aku. Kita berdua akan berakhir 6 kaki di bawah tanah. Kamu akan mendapatkan batu kubur kecil di sana. Batu kuburku bisa saja kelihatan lebih indah daripada batu kuburmu karena, ya, aku sudah dapat menipu lebih banyak uang selama hidupku dan oleh karena itu, aku mampu mendapatkan batu kubur yang lebih baik. Sementara bagi kamu, karena kamu begitu jujur dan membayar semua pajak pendapatan dan membayar semua ini dan itu, dan ketika orang mengembalikan sisa uang yang salah, kamu bahkan mengembalikannya kepada mereka, maksudku kamu agak tidak waras. Tidak heran kalau kamu pantas mendapatkan batu kubur yang lebih buruk daripada batu kuburku. Dan aku akan mendapatkan bidang tanah yang lebih besar dan lebih baik dan aku bahkan akan mempunyai tukang kebun yang akan meletakkan bunga-bunga indah di sana setiap waktu. Tentu saja kamu tidak mampu mendapatkan semua ini. Jadi akhir dari keadaan orang-orang fasik bahkan lebih baik daripada orang-orang benar. Jadi apa keuntungannya percaya pada Allah?"
Entah apakah Allah enggan membangkitkan Abraham, Ishak dan Yakub, (dan jika demikian Dia bukanlah Allah yang berbelas kasihan maupun Allah yang adil, yang memperlakukan orang benar dan orang fasik dengan sama), atau Dia tidak sanggup. Sekarang apa yang dikatakan Alkitab? Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Allah itu berbelas kasihan dan Dia itu adil. Oleh karena itu, jikalau anda mengerti Kitab Suci, anda harus membuang kemungkinan itu: bahwa Allah enggan membangkitkan Abraham, Ishak dan Yakub. Hal itu hanya meninggalkan bagi kita satu pilihan saja: yaitu Dia tidak mampu untuk membangkitkan Abraham, Ishak dan Yakub. Dia tidak mampu melakukannya. Dia tidak memiliki kuasa; Dia sebenarnya ingin sekali melakukannya. Dia sangat berbelas kasihan dan Dia adil; Dia tidak ingin memperlakukan orang benar dan orang fasik dengan cara yang sama, tetapi Dia tidak memiliki kuasa. Oleh karena itu, Dia tidak mampu. Sekarang di sinilah anda melihat Tuhan Yesus berkata, "Kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah." "Oleh karena jikalau kamu mengerti Kitab Suci," Dia berkata kepada orang-orang Saduki, "Kamu tidak akan menuduh Dia sebagai Allah yang tidak berbelas kasihan dan tidak adil. Tetapi jikalau kamu mengerti kuasa Allah, kamu tidak akan pernah berkata bahwa Dia tidak sanggup karena dengan mengatakan bahwa Allah tidak sanggup membangkitkan orang mati adalah sama dengan mengatakan bahwa kematian itu lebih berkuasa daripada Allah; kalau begitu Allah bukanlah yang Maha Kuasa. Kematianlah yang Maha Kuasa; Allah bukanlah yang Maha Kuasa karena kematianlah yang ternyata lebih berkuasa daripada Allah. Allah tidak dapat mengalahkan kematian. Dia tidak dapat membangkitkan yang mati."

Kepentingan Kebangkitan - Bukti Bahwa Allah Itu Adil, Penuh Belas Kasihan Dan Penuh Kuasa
Sekarang anda dapat melihat mengapa Kebangkitan itu sangat penting - yaitu Kebangkitan Kristus. Hal itu membuktikan bahwa Allah adalah kedua-duanya adil dan penuh belas kasihan dan juga bahwa Dia penuh kuasa, dan Dia mau membangkitkan orang mati dan Dia sanggup membangkitkan orang mati. Itulah kepentingan Kebangkitan. Sekarang anda dapat melihat kedalaman pengertian yang menakjubkan dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus. Di dalamnya terdapat suatu pengertian yang dalam dan ruwet yang dinyatakan dengan sederhana dan mudah sekali. Kalau anda tidak memiliki pengertian yang dalam tentang apa yang Dia maksudkan, anda akan terhenti. Anda tidak memahami apa yang sedang Dia katakan. Oh ya, sekarang kita mulai dapat melihat apa artinya perkataan-perkataan ini, seperti yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus sendiri, apakah Dia adalah Allah dari orang mati atau Dia adalah Allah dari orang hidup. Oleh sebab itu, Dia menyimpulkan pernyataanNya dengan perkataan-perkataan ini, "Ia bukanlah Allah orang mati; melainkan Allah orang hidup."
Dapatkah anda melihat keindahannya? Tuhan Yesus memberikan kunci dari apa yang Dia katakan hanya dalam perkataan-perkataan itu. Anda harus membuat pilihan: apakah Dia Allah orang mati atau Dia Allah orang hidup. Jikalau Dia adalah Allah orang hidup, maka Dia mau dan juga sanggup untuk membangkitkan orang-orang yang percaya kepadaNya, terutama orang-orang seperti Abraham. Di sini anda melihat pengertiannya. Dapatkah anda melihat Kebangkitan di sana? Sekarang sudah jelas. Hanya ada dua cara supaya anda dapat mengerti isi Alkitab, dan tergantung pada iman anda, anda akan mengambil yang satu atau yang lainnya. Orang-orang Saduki, secara tersimpul, mempercayai Allah yang adalah Allah orang mati, sebab mereka percaya bahwa Abraham dan yang lainnya telah mati, dan mati dalam arti untuk selama-lamanya, karena tidak ada Kebangkitan. Tetapi Tuhan Yesus menunjukkan bahwa jikalau demikian keadaannya, iman mereka kepada Allah sia-sia saja. Tidak ada maknanya sama sekali jika percaya kepada Allah. Tepat seperti yang Paulus katakan di dalam 1 Korintus pasal 15, bahwa: "Jikalau tidak ada Kebangkitan, jikalau kematian merupakan yang terakhir," kemudian Paulus berkata, "kita pelayan-pelayan Allah adalah orang-orang yang paling celaka." Untuk apakah dia bertahan dalam semua penderitaan? Mengapa kita membelakangi dunia ini? Untuk apa kita melalui semuanya ini? Untuk kesia-siaan! Karena semuanya akan berakhir dalam kematian. Segala sesuatu sudah selesai. "Jadi marilah kita," Paulus berkata di dalam 1 Korintus, mengutip dari Perjanjian Lama, "lebih baik kita pergi dan makan, dan minum dan bersenang-senang." [1 Korintus 15:32] Mari kita menyenangkan diri kita sendiri di dunia ini, di dalam dosa, secara maksimal. Mari kita pergi ke sana dan berdansa. Mari kita pergi dan mengunjungi ke tempat pelacuran. Mari kita pergi dan bermain-main menghabiskan hidup kita ini. Paling sedikit kita mati dalam kebahagiaan." Mungkin. "Nikmati saja sebanyak kamu dapat. Mari kita jangan seperti orang-orang Kristen ini, selalu berpuasa. Kalau ada makanan enak di sana, mereka tidak memakannya. Mereka semakin kurus dengan berpuasa terus-menerus, menghancurkan bagian lutut dan kaki dari celana mereka karena berdoa, karena berjalan ke gereja, karena menghabiskan uang mereka membeli Alkitab-Alkitab, percaya kepada Allah yang adalah Allah orang mati. Siapa mau membaca hal semacam ini? Akibatnya, kamu harus memakai kacamata di mukamu karena membaca cetakan-cetakan kecil di dalam Alkitab. Tidak ada artinya! Semuanya tidak berarti apa-apa."

Kalau Tidak Ada Kebangkitan, Kita Orang-orang Percaya Adalah Yang Paling Bodoh
Itulah yang Paulus katakan: bahwa jikalau tidak ada Kebangkitan, kita adalah orang-orang yang paling bodoh. Kita sungguh-sungguh bodoh. Anda bisa menjadi seperti itu. Jadi implikasinya, tentu saja, orang-orang Saduki adalah bodoh; mereka percaya kepada Allah orang mati. Untuk apa anda percaya kepadaNya? Mereka membangun sebuah tempat ibadah yang sangat besar di sana untuk Dia. Untuk apa? Anda dapat saja pergi membeli beberapa bahan dan membangun rumah-rumah untuk orang-orang miskin daripada sebuah tempat ibadah yang besar dan megah untuk satu Allah yang adalah Allah orang mati." Tidak ada gunanya! Anda harus membuat pilihan ini hari ini. Macam apakah Allah anda? Apakah Allah anda Allah orang-orang Saduki, atau apakah Allah anda Allah Tuhan Yesus? Apakah Allah anda Allah orang mati, atau apakah Allah anda Allah orang hidup? Yang mana satu Allah anda? Jujur, seperti yang sering saya katakan berulang-ulang kepada orang-orang Kristen, entah Allah adalah nyata, dan karena itu anda hidup bergaul dengan Dia dan melayani Dia, atau jikalau Allah tidak nyata, mengepak saja dan pulanglah! Lupakan saja segalanya. Jangan pergi ke gereja lagi. Tidak ada gunanya hidup dalam khayalan. Tidak ada gunanya menggunakan agama sebagai candu yang memberi anda sedikit kenyamanan, yang pada kenyataannya merupakan khayalan belaka karena jikalau Allah adalah Allah orang mati, kenyamanan apakah yang dapat anda peroleh pada akhirnya? Hal itu benar-benar membuang waktu.
Agama seperti ini tidak ada harganya. Tidak ada gunanya kita berusaha, tidak ada gunanya kita berdoa. Tidak berarti sama sekali. Apa yang anda dapatkan hanyalah rasa bersalah yang sangat ruwet; setiap kali anda berbuat dosa, anda merasa sangat bersalah. Maksud saya, bagi seseorang yang tidak mempunyai hati nurani, dia berbuat dosa dan dia tetap tersenyum. Dia masih merasa bahagia. "Aku mencuri uang orang itu. Ah, hebat! Sekarang aku bertambah kaya. Aku tidak suka orang ini; aku bunuh dia. Sekarang, musuhku berkurang satu! Sekarang aku harus melihat dia setiap minggu dan mencoba untuk mengasihi dia, mencoba untuk mengasihinya. Kamu melelahkan dirimu untuk mengasihi seseorang yang tidak layak dikasihi. Hidup kekristenan seperti ini menjadi bahan tertawaan. Maksudku, bayar saja beberapa orang, beberapa penjahat untuk menghabiskan dia pada tengah malam. Bayarlah orang itu beberapa ratus dolar dan pikiran tenang yang anda dapatkan, tanpa perlu melihat orang itu lagi, sungguh sangat menyenangkan sekali. Jadi, anda lihat, anda tidak perlu membiarkan hati nurani anda mengganggu anda terus dengan perasaan bersalah yang ruwet dan yang tidak ada akhirnya tetapi yang akan menghancurkan hidup anda. Anda berbuat dosa dan nikmatilah. "...makan dan minumlah, karena besok kita mati."" [1 Korintus 15:32] Jadi, ada siapa yang peduli?
Oleh karena itu, jikalau tidak ada Kebangkitan, maka anda dan saya adalah orang-orang yang paling bodoh. Kita tidak seharusnya berada di sini membuang-buang waktu setiap orang. Nikmatilah terang cahaya matahari yang indah. Berjalan-jalanlah di taman. Hiruplah udara segar dan dapatkanlah sedikit vitamin D dari sinar matahari daripada duduk di sini di dalam bangunan yang agak aneh ini mendengarkan orang ini berbicara terus. Tidak ada gunanya. Saya tidak mengerti mengapa orang senang menyiksa diri mereka sendiri. Orang ini berbicara terus, lama dan panjang sekali selama satu jam, membuat saya kelelahan total. Saya harus bekerja sepanjang satu minggu itu dan kemudian harus mendengarkannya selama satu jam. Jelas sekali, kita ini orang-orang bodoh jikalau tidak ada Kebangkitan. Maksud saya, kita benar-benar bodoh. Jadi anda harus mengambil keputusan dalam pikiran anda. Anda harus menangkap hal ini benar-benar dalam pikiran anda. Apakah Allah adalah Allah orang mati, atau Allah orang hidup? Karena jikalau Dia adalah Allah orang mati, walaupun Dia nyata, hal itu sungguh-sungguh tidak berarti sama sekali. Kita tidak perlu menjadi orang atheis, kita dapat saja berkata, "Pasti, pasti Allah itu hidup!" Sama seperti orang-orang Saduki, "Allah itu nyata. Sesungguhnya Allah ada, dan karena itu saya masih tergolong sebagai seorang yang beragama karena saya percaya pada Allah. Tetapi Dia adalah Allah orang mati, makanya hal itu tidak berarti apa-apa."

Dia Adalah Allah Orang Hidup, Demikianlah Kita Hidup Di Hadapan Dia
Atau ini adalah pilihan yang lain: bahwa Allah adalah Allah orang hidup. Dan oleh karena Dia adalah Allah orang hidup, kita harus menghadap Dia. Itulah yang dikatakan Kitab Suci, bahwa sesungguhnya Dia akan membangkitkan bukan hanya orang-orang percaya, tetapi bahkan orang-orang yang tidak percaya akan dibangkitkan untuk menghadap penghakiman. Itulah yang diajarkan Kitab Suci. Setiap orang akan mati, tetapi setiap orang akan dibangkitkan untuk menghadapi penghakiman Allah. Tidak ada yang dapat lolos dari penghakimanNya. Sebenarnya, dalam perikop yang sejajar dengan perikop ini di Lukas, kita membaca dengan jelas, satu pernyataan penutup di sana. Dalam Lukas 20:38, pernyataan yang sama dibuatnya. Inilah yang kita baca di sana: "Sekarang Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup; sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Apakah artinya, "di hadapan Dia semua orang hidup"? Pernyataan ini, dalam kasus datif bahasa Yunani, berarti bahwa setiap orang hidup oleh kuasaNya dan hidup memberi pertanggungan-jawab kepada Dia. Setiap orang hidup bagi Dia. Pernyataan ini, singkatnya, menyimpulkan kenyataan bahwa segala sesuatu dari kehidupan ini berada dalam tangan Allah. Hidup anda ada di dalam tangan Tuhan. Anda akan hidup atau mati, bukan karena kematian itu lebih berkuasa untuk dikendalikan Tuhan, tidak sama sekali; hidup dan mati ada di tangan Allah. Dia membangkitkan siapa saja yang Dia mau dan Dia akan mematikan siapa saja yang Dia kehendaki.
Inilah yang dikatakan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya di dalam Matius pasal 10, "Janganlah takut kepada manusia. Jangan takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh dan tidak dapat membunuh jiwa, tetapi takutlah kepada Dia, yaitu, Allah  yang dapat membinasakan, baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."
Allah adalah satu-satunya yang memegang segala sesuatu yang hidup di dalam tanganNya. Kehidupan ada di tangan Allah. Kehidupan bukanlah di tangan kematian, tetapi di dalam tangan Allah. Dia adalah satu-satunya yang menentukan siapa yang hidup dan siapa yang mati. Semua yang hidup akan memberi pertanggungan-jawab kepada Dia. "... di hadapan Dia semua orang hidup." Jadi Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa bahkan orang-orang berdosa, bahkan penjahat-penjahat, bos-bos mafia, mereka tidak dapat lari dari apa yang telah mereka lakukan karena orang-orang jahatpun akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Hal ini dapat kita baca dalam kitab Wahyu, bahwa di sana terdapat dua kebangkitan: kebangkitan yang pertama dan kebangkitan yang kedua. Anda membaca tentang kebangkitan yang kedua di dalam Wahyu pasal 20, ketika Tuhan akan membangkitkan semua orang yang pernah hidup. Dia akan membangkitkan semua orang besar dan kecil untuk memberi pertanggungan-jawab di hadapanNya karena kita semua hidup bertanggungjawab kepadaNya. Anda lihat, Allah tidak hanya akan membangkitkan orang-orang benar, melainkan Dia juga akan membangkitkan orang-orang jahat karena orang-orang yang jahat tidak dapat lari dari perbuatan mereka. Hal ini sangat penting untuk dimengerti. Dia adalah Allah Kebangkitan. Dia adalah satu-satunya yang memegang segala sesuatu dari hidup ini di dalam tanganNya.

Mengenal Allah Adalah Hidup Yang Kekal
Sampai di sini kita dapat menyimpulkan dua pokok yang penting dan setelah itu kita harus mengakhiri. Saya harap, sampai di sini, anda sudah mulai dapat mengerti apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di sini, bahwa Allah adalah Allah orang hidup. Tetapi lebih lanjut lagi, prinsip yang satu lagi dalam Kitab Suci kita harus mengerti adalah: bahwa mengenal Allah adalah hidup yang kekal. Mengenal Allah adalah hidup yang kekal. Mengenal Allah berarti berada di dalam suatu persekutuan dengan Dia seperti Abraham, Ishak dan Yakub. Berada di dalam suatu persekutuan dengan Allah, berarti berada di dalam suatu hubungan kovenan dengan Allah seperti yang dilakukan oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Itulah kehidupan yang kekal. Ini adalah satu prinsip dasar dalam Kitab Suci.
Anda ingat ketika pemuda yang kaya bertanya kepada Tuhan Yesus, "Bagaimanakah aku dapat masuk ke dalam kehidupan yang kekal?" Apakah jawaban Tuhan Yesus kepadanya? "Kamu mengetahui perintah-perintah Allah. Turutilah segala perintah itu dan kamu akan hidup." Turutilah itu dan kamu akan hidup! Perintah-perintah dalam Pentateukh adalah perintah-perintah kehidupan. Orang-orang yang hidup oleh kuasa Allah, oleh kasih karunia Allah yang memampukan kita - karena kita tidak dapat melakukannya dengan kekuatan kita sendiri - tetapi apabila dengan kasih karunia dan kuasa Allah, oleh Roh KudusNya, kita dapat hidup di dalam FirmanNya, di situlah akan terdapat kehidupan. Abraham, Ishak dan Yakub adalah orang-orang yang hidup menurut Firman Allah. Mereka hidup - menurut firman yang ada di dalam Ulangan 8:3 - mereka hidup oleh firman Tuhan: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan." Jadi Abraham, Ishak dan Yakub adalah orang-orang yang hidup menurut FirmanNya, oleh karena itu mereka akan hidup. Mengenal Allah adalah hidup yang kekal. Itulah yang Rasul Yohanes katakan di dalam 1 Yohanes 5:20, "Mengenal Yesus Kristus, adalah mengenal hidup yang kekal."

Tidak Ada Sesuatupun Yang Dapat Memisahkan Kita Dari Allah - Tidak Juga Kematian!
Pokok bahasan yang terakhir sebagai penutup adalah: kematian dapat memisahkan antara manusia dengan manusia. Tetapi kematian tidak dapat memisahkan antara Allah dan manusia. Sesungguhnya kematian akan memisahkan kita pada suatu ketika, ia akan memisahkan kita dari orang yang kita cintai untuk sementara waktu. Tetapi kematian, seperti yang kita lihat di waktu yang lalu, tidak dapat memisahkan antara Allah dan manusia.  Kita telah melihat bahwa pada saat seorang Kristen mati, dia pergi bersama-sama Kristus. Kematian tidak pernah dapat memisahkannya dari Allah untuk satu detikpun. Itulah keindahannya. Bukankah hal itu mengherankan? Inilah dasarnya. Inilah yang dikatakan Rasul Paulus di dalam Roma 8:38. Bagian firman itu sangat indah dan saya ingin bacakan untuk anda. Inilah yang dikatakan Rasul Paulus di sini:
"Sebab aku yakin bahwa baik maut maupun hidup," - yaitu, tidak ada sesuatupun yang dapat terjadi dalam hidup ini - "baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Yesus Kristus Tuhan kita."
Inilah sebuah prinsip dasar: kematian tidak dapat memisahkan antara Allah dan manusia. Orang yang hidup di dalam persekutuan itu, suatu hubungan kovenan (ikat janji) dengan Allah seperti Abraham, Ishak dan Yakub lakukan, kematian tidak dapat memisahkannya. Tidak ada sesuatupun, Paulus berkata, yang dapat memisahkan antara Dia dan kita, antara mereka yang Dia kasihi dan yang mengasihi Dia. Tidak ada suatupun yang dapat memutuskan di antara anda dengan Dia dan merebut anda dari Dia berlawanan dengan pilihan anda dan kehendak anda sendiri. Tidak ada! Itu juga merupakan satu prinsip dasar.
Jadi, sampai di sini, saya berharap kita sungguh-sungguh telah mengerti dengan jelas pengajaran Tuhan Yesus dan juga belajar dari hal ini bagaimana dapat menembus lebih dalam lagi ke dalam firman Tuhan. Sebab saya mengaku bahwa sebagai seorang Kristen yang baru bertobat, ketika saya berulang kali melihat ayat ini, saya tidak dapat mengerti bagaimana firman ini dapat membuktikan Kebangkitan. Sesungguhnya beberapa sarjana mengusulkan bahwa dalam ayat ini, Tuhan Yesus sedang menggunakan suatu cara perdebatan yang, di zaman modern ini, tidak dapat diterima, yaitu semacam perdebatan rabinik Yahudi tentang Kebangkitan.
Tetapi sudah jelas bahwa dengan mengatakan hal itu, mereka menunjukkan mereka tidak mengerti apa yang Tuhan Yesus katakan. Bukan, bukan! Ketika anda memahami apa yang dikatakan Tuhan Yesus, artinya begitu jelas. Hal itu sangat amat dalam sehingga tidak ada pilihan lain yang dapat saudara ambil karena kita hanya punya dua pilihan. Apakah Allah adalah Allah orang hidup atau Dia adalah Allah orang mati. Anda hanya memiliki dua pilihan itu dan orang yang beriman akan mengetahuinya. Dia mengenal kuasa Allah. Dia tahu bahwa Allah adalah Allah orang hidup. Dan diberkatilah anda, jika anda dapat berkata seperti yang Rasul Paulus katakan,
 "Aku tahu kepada siapa aku percaya, dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan." [2 Timotius 1:12]
Saya telah mempercayakan diri saya kepada Dia dan saya tahu bahwa Dia akan membangkitkan saya pada hari terakhir. Tubuh jasmani ini akan dibangkitkan, tetapi lebih daripada itu, bahkan pada saat kematian, saya akan langsung masuk ke dalam hadiratNya. Kematian tidak akan dapat memisahkan saya dari Dia untuk sedetikpun karena saya tahu Dia adalah Allah yang hidup. Kiranya anda juga mengenal Dia pada Hari Kebangkitan ini! (Jes)

Jumat, 29 Agustus 2014

JANGAN TUNDA-TUNDA WAKTU LAGI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK.






Efesus 4:21-24
"Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya

Anda tidak akan pernah bisa mengubah hal-hal dalam hidup Anda yang Anda tahu itu bercacat cela, kecuali jika Anda mempelajari kebenaran. Perubahan dapat terjadi jika kita mempelajari kebenaran akan diri kita sendiri. Yesus berkata,
"Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:32).

Anda tidak akan bebas sampai Anda tahu kebenarannya. Rahasia untuk perubahan diri bukanlah pil, program, atau proses. Itu bukan terapi, buku, atau seminar. Itu bukan pikiran positif atau mempelajari psikologi. Bukti perubahan pribadi ditemukan dalam kebenaran.
Untuk berubah, Anda harus tahu dan menghadapi kebenaran tentang diri Anda sendiri, Tuhan, dan relasi Anda dengan sesama.

Di balik setiap kekalahan atas diri sendiri, ada satu kebohongan yang Anda percaya. Jika saat ini Anda tengah tenggelam dalam utang, itu karena Anda percaya pada beberapa kebohongan.
Anda berpikir, "Aku bisa saja terus percaya pada kebohongan ini dan semuanya akan baik-baik saja." Benarkah? "Aku harus memiliki rumah itu." Benarkah? Apakah Anda benar-benar harus memilikinya? Benarkah itu? Bisakah Anda membuktikannya?

Kita membohongi diri sendiri sepanjang waktu. Tapi Anda harus mengetahui dan menghadapi kenyataan jika Anda ingin berubah. Yesus berkata bahwa kebenaran akan membebaskan Anda. Tapi pertama-tama itu akan membuat Anda sengsara! Itu akan membuat Anda sengsara, selama Anda menyangkalnya. Saat Anda jujur dengan kebenaran tentang diri Anda sendiri dan segala sesuatu dalam hidup, maka itu akan mulai membebaskan Anda.
Siapakah kebenaran itu? Yesus berkata, "Akulah kebenaran." Bukan, "Aku memiliki kebenaran itu." Bukan, "Aku menunjukkan jalan itu." Bukan, "Aku mengajarkannya." Tapi Dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup." Anda dapat mempercayai Firman-Nya. Firman-Nya adalah Alkitab. Alkitab itu bermanfaat untuk empat hal:

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2 Timotius 3:16-17).

Alkitab itu bagaikan jalan setapak. Ia menunjukkan kemana harus berjalan dan bagaimana caranya agar tetap berada di jalan tersebut. Ia menunjukkan kapan saat kita melenceng dari jalur, dan bagaimana kita kembali ke jalan tersebut. Bila Anda menggunakan Firman Tuhan untuk menuntun ke mana dan bagaimana Anda harus berjalan, ia akan memberi Anda instruksi dan pengetahuan yang Anda butuhkan untuk mengubah hidup Anda. 

Renungkan hal ini: Hal apa dalam hidup Anda yang Anda anggap bukan satu masalah, tapi sesungguhnya Anda tahu itu harus diubah? Bagaimana kabar studi Alkitab Anda?