Sabtu, 01 Maret 2014

TANGGALKAN BEBAN KEHIDUPAN.

Ibrani 12:1b "Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." Jika Anda mau menyelesaikan perlombaan kehidupan, jika Anda mau mencapai garis finish, maka Anda harus melepaskan beberapa hal yang mungkin merintangi Anda untuk memenangkan lomba tersebut. Sebut saja menguraikan benang kusut, atau menyederhanakan. Ada beberapa hal yang perlu dikesampingkan untuk menyelesaikan lomba dengan baik. Apa hal-hal yang saya bicarakan disini? Hal-hal yang menyebabkan Anda berkecil hati. Berpikirlah seperti ini : Jika menggunakan satu baterai untuk menyalakan 1 lampu, maka baterai akan bertahan untuk waktu yang lama. Tapi jika Anda memasang 100 lampu menggunakan 1 baterai, maka lampu itu akan meredup, dan mati dengan cepat. Saat Anda terus menambahkan hal-hal baru ke dalam jadwal Anda dan ke dalam hidup Anda, maka Anda akan cepat lelah dan menjadi mudah patah semangat. Dalam ayat kita hari ini dari Ibrani 12:1b, saya ingin fokus pada dua kata, "beban" dan "dosa" sebab itu merupakan dua hal yang menghambat Anda dalam perlombaan kehidupan. Beban adalah segala sesuatu yang memperlambat Anda. Ini bisa berupa hubungan, pekerjaan, aktivitas, atau olahraga - ia bukan harus sesuatu yang buruk. Beban bisa berupa sesuatu yang baik, tetapi jika Anda mendapatkan terlalu banyak hal yang baik dalam hidup Anda, Anda akan tumbang, karena Anda tidak punya waktu untuk mengerjakan itu semua. Anda perlu belajar untuk berkata "tidak" untuk bertumbuh. Allah tidak mengharapkan Anda untuk melakukan semuanya. Beban juga bisa berupa ekspektasi yang tidak masuk akal, yang berasal dari dorongan untuk mengimbangi rekan sekerja atau dari keinginan untuk menyenangkan seseorang, atau bisa jadi berupa kenangan masa lalu. Anda amat mungkin terjebak dalam kenangan masa lalu, dengan masih mengingat- ingat kebahagiaan atau kepahitan yang pernah Anda rasakan. Masalahnya adalah bahwa Anda tidak bisa hidup di masa lalu atau bahkan di masa depan, Anda hanya bisa hidup di saat ini. Jadi, melakukan itu semua hanya akan membuat Anda kewalahan. Apapun bentuk beban itu, jika tidak ada gunanya dalam hidup Anda, ia hanya akan membuat Anda putus asa; Anda harus rela melepaskannya. Mengidentifikasi dosa begitu mudah, bukan? Dosa adalah hal-hal yang Anda tahu harus dilakukan, tapi tidak Anda lakukan untuk dilakukan. Anda tahu kunci gaya hidup sehat atau menjaga kesehatan finansial. Tapi apakah Anda melakukannya? Yakobus 4:17 mengatakan, "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." Jadi jika Anda tahu harus menghabiskan lebih sedkit dari pendapatan Anda untuk menjaga manajemen keuangan Anda, jadi jangan berbelanja gila-gilaan yang bisa membuat Anda terlilit hutang. Anda tidak perlu hidup seperti tetangga Anda, atau siapa pun yang harus Anda tandingi. Anda tidak perlu menggunakan kartu kredit. Hiduplah sesuai dengan pemasukan Anda, agar Anda dapat bebas dari jerat utang dan menjalankan perlombaan hidup ini dengan baik.
TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA.

KUDA YANG SOMBONG


KUDA YANG SOMBONG

“Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang Mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.” (1 Samuel 2:3)

Bree adalah seekor kuda yang bisa berbicara. Kuda ini dikisahkan di dalam salah satu novel fiksi karya C.S.Lewis yang berjudul “The Horse and His Boy.” Namun rupanya kuda yang tinggal di daerah Archenland ini adalah kuda yang sangat sombong. Ia senang menghina siapa pun yang kurang memiliki pengetahuan seperti dirnya. Bahkan, ia merasa selalu mengetahui segala sesuatu, termasuk mengenai pencipta dunia Narnia, Aslan. Dengan yakin ia menyangkal wujud Aslan yang adalah seekor singa. Hal itu disebabkan karena Bree sangat merendahkan dan membenci sosok singa. Menurutnya, kuda adalah hewan yang jauh lebih baik daripada singa. Suatu saat, Aslan menunjukkan wujud aslinya kepadanya dan membuat Bree sangat terkejut. Ternyata, dugaannya selama ini mengenai Aslan adalah suatu kesalahan, karena Aslan memang benar-benar berwujud seekor singa. Pertemuannya dengan pencipta dunia Narnia tersebut membuat sifat angkuhnya berangsur-angsur menghilang. Ia sadar bahwa sebenarnya selama ini ia terlalu sombong, dan akhirnya ia memperbaiki kelakuannya. Bree pun menjadi ‘kuda yang baru’ yang jauh lebih baik di dalam tingkah laku maupun sifatnya.

Ketika kita melihat tokoh kuda ini, kita dapat menarik sebuah pelajaran kehidupan yang sederhana namun sangat berharga. Pelajaran tersebut adalah mengenai kesombongan. Jika kita perhatikan, banyak sekali orang yang suka lupa diri. Mereka begitu menyombongkan diri harta kekayaannya, atau pun kemampuannya yang lebih baik daripada orang lain. Kesombongan itu menjadi berbahaya ketika orang tersebut mulai melecehkan orang lain. Kata-kata penghinaan dapat meluncur keluar menyayat hati orang lain yang tidak memiliki harta atau kemampuan yang setingkat dengannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah ketika perlakuan negatif ini memicu pertengkaran di antara kedua belah pihak. Pertengkaran yang akhirnya menimbulkan rasa benci dan dendam yang dapat merusak hubungan baik. Sebuah perkataan bijak berbunyi, “Kesombongan bagaikan noda kopi yang sengaja kita tumpahkan pada lukisan orang lain.”

Ada seorang ibu yang pernah mengalami bagaimana diperlakukan dengan buruk oleh seorang yang sombong. Berkali-kali ibu ini dihina oleh karena ia tidak dapat memperoleh keturunan. Dan, yang menghina dirinya adalah istri kedua suaminya sendiri yang dapat melahirkan banyak anak. Namun, ibu ini tetap mempertahankan iman dan harapannya kepada Tuhan. Ketika Tuhan menjawab doanya, ibu ini sangat bersukacita dan bersyukur kewpada-Nya. Kemudian di dalam doa pengucapan syukurnya terdapat pesan yang sangat baik untuk diteladani, “Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang Mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.” Dialah Hana, ibu dari Samuel. Kiranya hal tersebut dapat menjadi peringatan bagi kita untuk tidak menyombongkan kelebihan yang kita miliki. Karena, segala sesuatu ada bukan karena kehebatan kita, melainkan karena anugerah Tuhan sendiri.

DOA:
“Bapa di Sorga, kesombongan seringkali muncul dari hatiku. Aku berdoa agar hanya kerendahan hati dan ketulusan saja yang timbul dari hatiku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa dan memohon. Amin."