Sabtu, 01 Maret 2014

KUDA YANG SOMBONG


KUDA YANG SOMBONG

“Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang Mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.” (1 Samuel 2:3)

Bree adalah seekor kuda yang bisa berbicara. Kuda ini dikisahkan di dalam salah satu novel fiksi karya C.S.Lewis yang berjudul “The Horse and His Boy.” Namun rupanya kuda yang tinggal di daerah Archenland ini adalah kuda yang sangat sombong. Ia senang menghina siapa pun yang kurang memiliki pengetahuan seperti dirnya. Bahkan, ia merasa selalu mengetahui segala sesuatu, termasuk mengenai pencipta dunia Narnia, Aslan. Dengan yakin ia menyangkal wujud Aslan yang adalah seekor singa. Hal itu disebabkan karena Bree sangat merendahkan dan membenci sosok singa. Menurutnya, kuda adalah hewan yang jauh lebih baik daripada singa. Suatu saat, Aslan menunjukkan wujud aslinya kepadanya dan membuat Bree sangat terkejut. Ternyata, dugaannya selama ini mengenai Aslan adalah suatu kesalahan, karena Aslan memang benar-benar berwujud seekor singa. Pertemuannya dengan pencipta dunia Narnia tersebut membuat sifat angkuhnya berangsur-angsur menghilang. Ia sadar bahwa sebenarnya selama ini ia terlalu sombong, dan akhirnya ia memperbaiki kelakuannya. Bree pun menjadi ‘kuda yang baru’ yang jauh lebih baik di dalam tingkah laku maupun sifatnya.

Ketika kita melihat tokoh kuda ini, kita dapat menarik sebuah pelajaran kehidupan yang sederhana namun sangat berharga. Pelajaran tersebut adalah mengenai kesombongan. Jika kita perhatikan, banyak sekali orang yang suka lupa diri. Mereka begitu menyombongkan diri harta kekayaannya, atau pun kemampuannya yang lebih baik daripada orang lain. Kesombongan itu menjadi berbahaya ketika orang tersebut mulai melecehkan orang lain. Kata-kata penghinaan dapat meluncur keluar menyayat hati orang lain yang tidak memiliki harta atau kemampuan yang setingkat dengannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah ketika perlakuan negatif ini memicu pertengkaran di antara kedua belah pihak. Pertengkaran yang akhirnya menimbulkan rasa benci dan dendam yang dapat merusak hubungan baik. Sebuah perkataan bijak berbunyi, “Kesombongan bagaikan noda kopi yang sengaja kita tumpahkan pada lukisan orang lain.”

Ada seorang ibu yang pernah mengalami bagaimana diperlakukan dengan buruk oleh seorang yang sombong. Berkali-kali ibu ini dihina oleh karena ia tidak dapat memperoleh keturunan. Dan, yang menghina dirinya adalah istri kedua suaminya sendiri yang dapat melahirkan banyak anak. Namun, ibu ini tetap mempertahankan iman dan harapannya kepada Tuhan. Ketika Tuhan menjawab doanya, ibu ini sangat bersukacita dan bersyukur kewpada-Nya. Kemudian di dalam doa pengucapan syukurnya terdapat pesan yang sangat baik untuk diteladani, “Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang Mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.” Dialah Hana, ibu dari Samuel. Kiranya hal tersebut dapat menjadi peringatan bagi kita untuk tidak menyombongkan kelebihan yang kita miliki. Karena, segala sesuatu ada bukan karena kehebatan kita, melainkan karena anugerah Tuhan sendiri.

DOA:
“Bapa di Sorga, kesombongan seringkali muncul dari hatiku. Aku berdoa agar hanya kerendahan hati dan ketulusan saja yang timbul dari hatiku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa dan memohon. Amin."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar