Rabu, 22 Januari 2014

KEMULIAAN TUHAN DINYATAKAN DENGAN HARGA KETULUSAN

Matius 5:44 "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Di zaman ini, di gereja-gereja, kita bisa menulis surat kritikan atau keluhan kepada sesama anggota jemaaat. Dan tampaknya slogan gereja sudah berubah menjadi "Berkati aku dan keluargaku saja." Saat ini gereja menjadi berjalan sendiri-sendiri. Saya mengenal orang-orang yang mengkritik saya karena mereka tidak suka dengan gereja yang saya libatkan dalam penginjilan kami: "Mengapa Anda membiarkan gereja itu datang? Jika gereja itu datang, gereja kami tidak akan bergabung." Atau "Kenapa Anda membiarkan pendeta itu berkotbah di kebaktian Minggu kita? Saya tidak setuju dengan pendeta itu, karena dalam salah satu bukunya, dia mengutip seseorang yang pengajarannya tak sesuai dengan kita. Saya tidak mau ada berhubungan dengan orang itu." Tapi biasanya saya akan berkata pada mereka, "Lihatlah sisi-sisi penting yang sama-sama kita sepakati atau pahami, kita bisa bekerja bersama-sama, meskipun ada beberapa perbedaan kecil. Semuanya itu hanya demi Injil Kristus. Itulah yang saya coba lakukan." Jika orang ingin menarik diri karena perbedaan ini, saya tidak akan memaksa. Tapi saya akan terus melakukan apa yang saya lakukan, dan terus memberitakan Injil dan berusaha menjangkau orang sebanyak mungkin untuk bergabung dengan saya. Begitu pun saya sebaliknya. Masalahnya adalah kadang ada orang yang kita tidak ingin Injili, karena jika boleh jujur pada diri sendiri, kita tidak ingin mereka datang kepada Kristus. Namun, kebenaran Tuhan mengatakan bahwa kita harus mengasihi musuh-musuh kita (Matius 5:44). Jadi inilah saran saya untuk Anda : Dekati mereka. Bawalah pesan Injil kepada orang-orang yang telah menyinggung dan menyakiti Anda.
Kolose 1:28 "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus." Ukuran keempat dari pertumbuhan rohani adalah keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan santai dan teliti. Anda mengembangkan sebuah keterampilan bukan dengan mendengarkan ceramah, tetapi dengan praktek dan pengalaman. Dalam kehidupan Kristen, ada beberapa kecakapan tertentu yang harus Anda kembangkan untuk menjadi dewasa dalam iman: keterampilan belajar Alkitab, keterampilan pelayanan, keterampilan bersaksi, keterampilan berelasi, keterampilan manajemen waktu, dan banyak lainnya. Keterampilan tadi adalah "tata cara" dari pertumbuhan rohani. Pengetahuan dan sudut pandang berhubungan dengan hikmat. Keyakinan diri dan karakter berhubungan dengan sifat dasar manusia. Keterampilan berhubungan dengan praktek. Kita harus menjadi "pelaku firman", bukan hanya menjadi pendengar" (Yakobus 1:22). Segala tindakan yang kita lakukan membuktikan jika kita adalah milik keluarga Allah. Yesus berkata, "Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya" (Lukas 8:21). Ada banyak orang percaya yang frustasi hari ini karena mereka tahu apa yang harus dilakukan. tapi tidak pernah diajarkan bagaimana melakukannya. Mereka mendengar banyak nasehat tentang betapa pentingnya mempelajari Alkitab, tapi tidak ada yang menunjukkan pada mereka bagaimana melakukannya. Mereka dididik untuk merasa bersalah atas kehidupan doa yang lemah, tapi tidak ada yang memberikan waktunya untuk menjelaskan bagaimana cara membuat daftar doa, bagaimana cara memuji karakter Allah dengan menyebut nama-Nya, dan bagaimana cara berdoa bagi orang lain. Desakan yang tanpa penjelasan, menyebabkan frustrasi. Setiap kali kita mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, kita bertanggung jawab untuk menjelaskan dengan tepat bagaimana cara melakukannya. Jika Anda ingin gereja Anda menghasilkan orang-orang Kristen yang bertumbuh, maka Anda harus mengajarkan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan dan pelayanan. Ingatlah bahwa keterampilan adalah kunci dalam meraih efektifitas dalam hal apa pun. "Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat" (Pengkhotbah 10:10). Renungkan hal ini: Keterampilan pertumbuhan rohani apa yang perlu Anda kembangkan dalam hidup Anda? Dalam hal apa Anda bisa mengajarkan keterampilan pertumbuhan rohani Anda kepada kelompok studi Alkitab, gereja, atau lingkungan Anda?
“Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.” (Pkh 10:10)

Sabtu, 18 Januari 2014

BEKERJA DENGAN MATA TERTUJU KEPADA TUHAN



Kisah Para Rasul 9:26-27 "Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus." Anda mungkin berpikir bahwa setelah mendengar pertobatan Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Paulus, gereja mula-mula akan memberinya sambutan hangat. Tapi faktanya orang-orang percaya di sana ternyata masih curiga, dalam Kisah Para Rasul 9:26 tertulis, "

Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid." Mereka pasti berpikir, "Benarkah? Mm... mustahil, tidak mungkin ia menjadi Kristen" Di mana iman mereka? Tetapi hal yang sama juga terjadi pada kita. Ketika kita mendengar seseorang yang bertobat lalu menjadi Kristen, kebanyakan dari kita mungkin merespon, "Oh, saya tidak yakin apakah saya harus benar-benar mempercayainya." Bahkan setelah seseorang membuat komitmen dengan Kristus, kadang ada iman tidak percaya kita yang masih tertinggal, sehingga kita menjadi sangat cepat mengkritik: "Dia bukan orang Kristen. Hidupnya masih menyimpang." Benar, orang tersebut seharusnya berhenti menjalankan cara hidupnya yang lama, tapi saya tidak serta merta mengatakan dia bukan seorang Kristen. Menurut saya mereka ibarat bangunan yang belum jadi. Mungkin kita harus mengalungkan tanda kecil di leher mereka, bertuliskan "Sedang dalam pembangunan."

Apakah kita sudah lupa bagaimana rasanya ketika pertama kali kita mulai berjalan bersama Kristus? Rasanya sama dengan yang sedang dialami orang percaya baru. Mereka belum tahu cara Tuhan bekerja. Saya tidak memaklumi dosa siapa pun, tetapi kita semua juga harus bertumbuh, bukan? Meskipun Saulus telah bertobat, banyak orang Kristen yang pada saat itu tidak percaya. Lalu datanglah Barnabas, salah satu anggota jemaat mula-mula di Yerusalem, yang memperkenalkan Paulus kepada para rasul. Dia juga meyakinkan pengikut Yesus jika Saulus sudah menjadi bagian dari murid-murid Yesus sejak ia melihat Tuhan dan mengajar di Damsyik. Kita membutuhkan lebih banyak orang seperti Barnabas hari ini. Nama Barnabas berarti "anak penghiburan." Kita membutuhkan orang-orang yang memberi dorongan, karena sering kali orang percaya baru tergelincir setelah mereka datang kepada Kristus.
Membuat orang bertobat, atau istilahnya memenangkan jiwa itu terlalu mudah. Tetapi untuk memelihar jiwa yang sudah dibawa kepada Kristus itu yang harus diusahakan terus menerus. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan, sesuai dengan Firman Tuhan, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."” (Mat 28:19-20)

1.       Memuridkan, menjadikan murid untuk orang (jiwa) yang sudah dimenangkan. Bukan konsep Agama Kristen yang diajarkan, tetapi konsep Allah berdasarkan kitab suci. Sehingga setiap jiwa yang dibawa kepada Kristus bukan harus menjadi “Kristen” (Agama), tetapi hidup dengan Tuhan didalamnya. Bukan hanya status, tetapi perubahan hidup yang nyata. Dari seorang yang jahat berubah menjadi  hidup yang benar, berubah konsep kehidupannya. “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.” (2Kor 5:15-16). Pengajaran yang kuat murni kebenaran akan membuat setiap pribadi melekat kepada Tuhan Yesus. Berakar dan bertumbuh, bahkan berbuah bagi kemuliaan Tuhan. Haleluyah

2.       Ajar mereka melakukan segala sesuatu yang sudah diperintahkan Tuhan, artinya menghidupi kebenaran itu sendiri dan menjadi pelaku Firman. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21). Melakukan lebih utama dibanding hanya sekedar menjadi orang yang beragama Kristen, banyak orang Kristen masih jahat karen mereka tidak diajar untuk menjadi pelaku kebenaran, dan mereka tidak selamat. Gereja harus kembali kepada panggilan semula sebagai pusat pembelajaran. “dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."” (Yes 2:3)

3.       Penyertaan Tuhan nyata, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Setiap orang percaya yg sudah dimuridkan, diajar dengan benar akan penuh pengharapan bahwa Tuhan menyertai setiap langkahnya. Langkah yang benar dan memuliakan Tuhan tentunya. Mereka tidak akan merasa takut, kawatir dan stres menghadapi gelombang kehidupan, mereka akan mengerti rencana Tuhan didalam kehidupannya dan selalu bersyukur, serta mensyukuri setiap sekecil apapun berkat Tuhan yang sudah diterima. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:18)

Hari ini, hari yang diciptakan Tuhan bagi kita untuk  menjadi jemaat (orang percaya) yang dapat mengerjakan segala sesuatu bagi kemuliaan-Nya. Tuhan memberkati saudara dan marilah kita mengerjakan setiap pekerjaan seolah bagi Tuhan kita bekerja, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3:23). Serta melayani Tuhan karena kepercayaan yang sudah dipercayakan kepada kita, hormati panggilan itu dan diberkati Tuhan setiap langkah kita. Haleluyah

Kamis, 16 Januari 2014

Surat Efesus : Penjabaran Rencana Allah yang kekal



Surat Efesus merupakan surat yang penting sekali bagi Jemaat pada akhir zaman. Di dalamnya terdapat kunci untuk mengerti dan menggenapi rencana Allah yang kekal. Surat Efesus ditulis oleh Paulus kepada Jemaat di Efesus dari penjara di Roma sekitar tahun 60-61. Surat ini adalah yang pertama dari “surat penjara” lainnya, yaitu surat Filipi, Kolose dan Filemon. Surat Filipi diantarkan oleh Epafroditus, yang dikirim pulang oleh Paulus sesudah pulih dari penyakitnya  (Fil. 2:25-30). Kemudian, Tikhikus bersama Onesimus mengantarkan Surat Kolose, Surat Filemon (Kol 4:7-9), dan juga Surat Efesus (Efesus 6:21-22).
Jemaat Efesus adalah jemaat yang dirintis oleh Rasul Paulus. Paulus tiba di Efesus dalam perjalanan yang kedua, lalu bertemu dengan dua belas orang murid yang sebelumnya sudah dilayani oleh Apolos namun sayangnya hanya paham tentang pertobatan dan baptisan Yohanes. Mereka belum menerima baptisan air secara Perjanjian Baru, yaitu baptisan air dalam nama Tuhan Yesus Kristus, serta belum menerima baptisan Roh Kudus. Paulus pun mengajar dan membaptiskan mereka. Kemudian, jemaat Efesus didirikan oleh Rasul Paulus dan dilayaninya selama hampir tiga tahun (Kis 19:10; Kis 20:31). Selama tiga bulan Paulus mengajar di sinagoga, tetapi sesudah dianiaya ia pindah ke rumah Tiranus di mana ia mengajar setiap hari selama dua tahun. (Kis 19:8-10). Dalam kurun waktu itulah, seluruh Asia mendengar berita Injil.

Surat Efesus ditulis untuk mendorong dan menguatkan jemaat di Efesus supaya mengenal rahasia kehendak Allah sebagai persiapan kegenapan waktu (Ef. 1:9-10). Sebelumnya, Paulus sudah mengingatkan jemaat itu bahwa akan ada dua bahaya yang mengancam mereka (Kis. 20:29-30). Pertama, akan timbul serigala ganas, yaitu guru-guru palsu yang akan masuk dari luar dengan pengajaran yang menyesatkan, dan kedua, akan ada para pemimpin dari dalam yang akan muncul untuk mengambil alih arah dan menarik-menarik murid-murid dari jalan yang benar.

Karena itulah, ketiga pasal pertama dalam Surat Efesus menjelaskan rahasia Injil yang menjadi dasar kebenaran, yaitu kasih karunia, penebusan dan keselamatan.  Lalu dalam ketiga pasal berikutnya, secara praktis digambarkan kehidupan sebagai jemaat yang benar dan cara hidup dalam kebenaran sehari-hari.
Surat Efesus tidak bersifat surat pribadi. Paulus tidak membicarakan dirinya atau hubungan pribadinya dengan salam khusus kepada sahabat-sahabatnya. Tidak juga dibicarakan masalah spesifik dalam jemaat sebagaimana yang ada dalam Surat 1 Korintus atau Galatia, ataupun pengajaran spesifik tentang bentuk dan pelayanan sidang seperti dalam suratnya kepada Timotius. Tidak juga diajarkan doktrin dasar seperti dalam Roma. Surat Efesus berfokus pada memberitakan rencana Allah yang kekal. Sebagai peletak pondasi serta ahli bangunan yang cakap, Paulus memberi gambar yang besar mengenai rencana kekal Allah.
Surat Efesus mengandung visi dan wahyu tentang rencana dan maksud abadi Tuhan. Untuk itulah, Paulus menuliskan di dalamnya tentang doa, penyembahan, nasehat dan pengajaran yang semuanya berfokus kepada kemuliaan Kristus dalam Jemaat (Ef. 3:21). Untuk memahaminya lebih jelas, mari kita lihat isi masing-masing pasal.

Efesus 1: maksud abadi Allah yang dari semula. Dalam pasal ini, djelaskan bagaimana kita “di dalam Kristus” diberkati, dipilih, ditentukan oleh Allah supaya kudus dan tak bercacat di hadapanNya sebagai anak-anakNya. Hal itu terjadi oleh darahNya yang membawa penebusan dan pengampunan dosa karena kasih karuniaNya. Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai jaminan (Ef. 1:13-14). Karena itu, Paulus berdoa untuk Jemaat supaya penuh dengan Roh dan supaya mereka mengalami/menggenapi maksud abadi Allah yang luar biasa, di mana Jemaat sebagai Tubuh duduk bersama Kristus sebagai Kepala dalam tempat sorgawi.

Efesus 2: Jemaat sebagai Bait Allah (Ef. 2:21). Jemaat digambarkan sebagai satu Rumah Allah yang terdiri dari orang Yahudi dan orang kafir yang dibangunkan bersama. Kita semua dahulu mati dalam pelanggaran di bawah kuasa dosa, kedagingan, dunia dan Iblis.  Rahmat Allah menghidupkan, membangkitkan dan memberikan kita tempat di rumah sorgawi. Semuanya adalah karena kasih karunia dan bukan karena perbuatan kita. Karena itu, kedudukan atau status kita tidak berdasarkan keadaan lahiriah kita. Walaupun kita orang kafir, bukan orang Israel dan sebenarnya tidak berhak menerima janji Allah serta jauh dari Allah, namun “di dalam Kristus” kita dipersatukan dengan Bangsa Israel yang percaya, kita dipersatukan dengan Allah. Perseteruan ditiadakan. Hukum Taurat dibatalkan oleh salib. Ada “satu manusia baru!” Manusia baru itu menjadi Bait Allah, bangunan Allah yang menjadi tempat kediaman Allah.

Efesus 3: Jemaat terlihat sebagai Keluarga Kristus yang terikat dalam kasih (Ef. 3:15). Inilah rahasia Kristus. Karena berita Injil, orang Yahudi dan orang Kafir yang percaya dipersatukan di dalam Kristus. Inilah rahasia anugerah yang “berabad-abad tersembunyi dalam Allah”.  Kita menjadi anak-anak dan menerima namaNya sebagai turunan Allah. Karena berita itu yang begitu luar biasa, Paulus berdoa supaya kepenuhan kasih Kristus akan diam dan berakar dalam kita. Dengan itu Jemaat akan penuh dengan seluruh kepenuhan Allah. Selanjutnya, Paulus memberi nasihat bagaimana Jemaat dapat hidup sesuai dan berpadanan dengan panggilan itu untuk mencapai maksud abadi Allah dalam kehidupan dan hubungan kita sehari-hari (Ef. 4:1).

Efesus 4: bagaimana Jemaat dapat hidup sebagai Tubuh Kristus (Ef. 4:16). Sebagai satu Tubuh, kita dipersatukan oleh pekerjaan tiap-tiap anggota. Dengan sifat penuh rendah hati, lemah lembut, sabar, penuh kasih dengan saling membantu, kita dipanggil untuk memelihara persatuan Roh. Untuk itu secara keseluruhan Kristus juga sudah memberikan lima jawatan: para rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru untuk melengkapi setiap orang kudus sampai sanggup saling melayani, mencapai kesatuan, kedewasaan dan menjadi seperti Kristus. Dengan pelayanan itu Jemaat dipersatukan sebagai Tubuh dengan Kepala dalam kasih. Untuk itu, secara pribadi, masing-masing kita harus menanggalkan manusia yang lama yang duniawi, penuh hawa nafsu dan pencemaran dan mengenakan manusia barudalam kebenaran dan kekudusan.

Efesus 5: Jemaat sebagai Pengantin Perempuan Kristus (Ef. 5:31-32). Jemaat akan diperhadapkan kepada Allah dalam kekudusan dan kemuliaan.  Sebagai anak-anak Allah kita hidup dalam kasih, dalam kekudusan, dalam terang. Kita harus memperhatikan bagaimana kita hidup, mengerti kehendak Tuhan dan hidup tunduk satu kepada yang lain. Hubungan isteri dan suami digambarkan sebagai pola hubungan Jemaat dan Kristus. Sebagaimana isteri tunduk kepada suami, demikianlah Jemaat tunduk kepada Kristus. Sebagai Kristus mengasihi dan menyerahkan diriNya bagi Jemaat, untuk menempatkannya dengan kemuliaan dan kekudusan, demikianlah suami mengasihi isterinya. Inilah sebagian dari rahasia besar maksud abadi Allah.

Efesus 6: Jemaat sebagai Tentara Allah (Ef. 6:11). Jemaat perlu tetap bertahan dalam peperangan dan menang atas segala pekerjaan Iblis. Pasal ini mulai dengan meneruskan tema penundukan satu kepada yang lain. Anak-anak perlu tunduk kepada orang tuanya. Hamba-hamba perlu tunduk kepada tuanya. Demikianlah bapa-bapa perlu mendidik anak-anaknya dan tuan-tuan harus menjauhkan ancaman dari bawahannya. Tetapi pada akhirnya. kita semua wajib berjuang sebagai tentara Allah dengan “mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah.” Musuh kita bukan manusia tetapi Iblis, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia, roh-roh jahat di udara. Kalau kita dilengkapi dengan senjata rohani kita akan bertahan dan menang. Dengan berdoa dan berjaga, kita juga mengambil bagian dalam pemberitaan rahasia Injil.
Selain pembahasan per pasal ini, perhatikan juga bahwa Jemaat Efesus akhirnya meninggalkan kasih yang mula-mula (Why. 2:4). Nampak bahwa walaupun Jemaat itu diberi pengetahuan yang luar biasa itu tentang rahasia Tuhan, ternyata pengetahuan saja tidak cukup. Tiap hari kita perlu mempertahankan hidup yang penuh dan melimpah dengan kasih kepada Tuhan dan kepada semua saudara. Hanya dengan mengenal pewahyuan rahasia maksud abadi Allah bersama dengan melakukan segala tanggung jawab sebagai orang kudus, anggota Tubuh Kristus, kita akan mencapai tujuan yaitu mengenal dan menggenapi rahasia kehendak Allah sebagai persiapan kegenapan waktu. Mari, jangan hanya mempelajari Surat Efesus, namun kita lakukan juga bagian kita masing-masing dalam menggenapi maksud abadi Allah ini! 
Belajar tidak ada habisnya, saat masih hidup ingin lebih layak lagi. Haleluyah

MENCARI KESUKAAN SIAPA ?




“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Gal 1:10)
Rasul Paulus mempunyai ketegasan dalam menentukan arah pelayanan dengan benar, bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri. Dia tidak katakan, adakah "kau" cari. Tetapi dia mengatakan adakah kucari kesukaan manusia, atau kesukaan Allah. sehingga seolah tidak memberikan beban kepada orang lain, tetapi jelas untuk dirinya sendiri, walaupun akhirnya surat itu bagi semua jemaat di Galatia, tetapi sekarang buat kita semua.

Setiap orang perlu yang namanya : Pengakuan dari siapapun (orang lain), bisa orang dekat, suami, istri, teman, sahabat, anak, orang tua, bahkan pimpinan, bawahan, jemaat dan organisasi. Bahkan orang yang baru dikenalnya, dan yang belum dikenal, dengan tujuan supaya dirinya akan diakui, dan menjadi terkenal dalam bidangnya, apapun itu namanya. Firman Tuhan mengatakan dengan tegas seperti ini : “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3:23) Artinya, setiap perbuatan atau pekerjaan harus kita kerjakan seolah untuk TUHAN, sehingga kalau pekerjaan yang kita lakukan hanya butuh pengakuan dari orang lain, maka pekerjaan tersebut tidak akan ada artinya. Bahkan bisa dikatakan percuma, dan tidak akan berdampak kepada kehidupan kekal.
Hambatan yang sering kita hadapi ada beberapa hal, antara lain :
1.       Takut dibenci orang lain, bisa orang dekat maupun orang jauh. Dengan menegur, mengajar sesuai dengan kebenaran akan selalu beresiko untuk tidak disenangi oleh orang lain, dan Tuhan sudah mengingatkan kepada kita : “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Mat 10:22) Jadi kalau karena dibenci, atau dijauhi teman, sahabat, pacar, orang tua, anak lalu tidak bertahan, maka orang tersebut tidak selamat. Tetapi apapun resikonya kita harus melayani dengan tegas sesuai dengan Firman Tuhan, supaya banyak jiwa dimenangkan, kecuali orang tersebut sudah memilih untuk tidak diselamatkan.

2.       Takut kehilangan, bukan hanya harta, tetapi juga takut kehilangan orang tua, anak, suami, istri, bahkan nyawa. Ingatlah bahwa semua yang ada akan sirna, saat akhir zaman, “Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi.” (Zef 1:18) Keselamatan itu lebih penting daripada semua yang kita miliki sekarang, sementara masih banyak orang yang masih mencintai dunia dan isinya melebihi mengasihi Tuhan, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mat 10:39)

Hambatan-hambatan tersebut ada di setiap orang, dan itu hal yang wajar. Masih banyak hambatan yang kadang muncul, kelihatannya tidak bahaya. Akan tetapi suatu saat hambatan tersebut akan mematikan iman dan pengharapan kepada Tuhan tanpa disadari akan hilang.

Keselamatanpun bukan berdasarkan atas apa agama kita, mungkin saja kita sudah Kristen. Bahkan mungkin saudara sudah melayani Tuhan di Gereja, kalau kita tidak mencari tahu lebih banyak dan melakukan kehendak Bapa diSurga maka kitapun tidak selamat. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21) Bukan hebatnya Gereja, atau pendeta kita diselamatkan. Tetapi  yang menentukan adalah mencari kesenangan Bapa. Renungkan ayat selanjutnya, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"” (Mat 7:22-23) Ini berbicara orang-orang yang sudah melayani, menjadi orang yang hebat (secara manusia) tetapi Tuhan tidak mengenalnya. Haleluyah
Bagaimana kita semua ? sudahkah melayani mencari kesenangan Bapa, atau masih mencari kesenangan manusia ?

Minggu, 12 Januari 2014

IRI HATI


“Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."” (Luk 15:25-32)

Setiap kehidupan kita, tidak mengenal usia. Baik anak-anak, remaja pemuda, bahkan orang tua. Wanita dan pria, semua ada monster yg menakutkan didalam hidupnya. Monster itu menghilangkan Damai sejahtera, suka cita dan menghancurkan sisi-sisi kehidupan. Nama monster tersebut adalah “Iri hati”.
Apa sebenarnya Iri hati itu ? Iri hati adalah, iri hari itu perasaan tidak suka atas keberuntungan orang lain, yang kita juga inginkan. Iri hati itu jahat sekali walaupun tidak kelihatan secara nyata, tetapi akibatnya dapat merugikan orang lain, bahkan dapat membunuh. Dan iri hati itu akan berakibat diantaranya :
1.       Iri hati itu merusak hubungan dengan Bapa di surga, anak sulung itu menuduh  Bapa di surga tidak adil. Orang yang iri tidak dapat melihat kebaikan Tuhan didalam hidupnya, sehingga akhirnya orang iri tidak bisa berdoa dengan benar dan jujur.

2.       Iri hati merusak hubungan sesama, anak sulung itu akhirnya tidak harmonis dengan adiknya karena melihat adiknya pulang dan disambut Bapanya dengan berlebihan (menurutnya). Seseorang yang ada iri hati, akan selalu berfokus kepada diri sendiri, hidupnya tidak mengalami kebahagiaan, dikarenakan pandangan hidupnya selalu berfokus kepada keadaan orang lain yang dianggap lebih baik. “karena kalian masih hidup menurut tabiatmu secara manusia. Sebab kalau kalian masih iri hati dan berkelahi satu sama lain, bukankah itu menunjukkan bahwa kalian masih hidup menurut tabiat manusia, seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah?” (1Kor 3:3) iri hati akan menghancurkan persahabatan, jemaat dan komunitas yang sudah lama terbina dengan baik. Dan iri hati itu membuktikan kehidupan yang belum diubahkan.

3.       Iri hati juga merusak diri sendiri, oleh karena iri hati kepribadian seseorang akan hancur. Bisa menimbulkan sakit penyakit bahkan kematian, “Dari manakah asalnya segala perkelahian dan pertengkaran di antaramu? Bukankah itu berasal dari keinginan-keinginanmu yang terus saja berperang di dalam dirimu untuk mendapatkan kesenangan dunia! Kalian ingin, tetapi tidak mendapat, maka kalian mau membunuh! Kalian bersemangat, tetapi tidak mencapai apa yang kalian cari, maka kalian bertengkar dan berkelahi. Kalian tidak mendapat apa-apa, sebab kalian tidak minta kepada Allah.” (Yak 4:1-2) Akibat iri hati merusak kehidupan secara pribadi. Seperti antara Kain membunuh Habel, bukan orang lain atau musuh, tetapi saudara sendiri. Saul dengan Daud, karena iri oleh karena nyanyian maka Saul merencanakan pembunuhan kepada Daud. Seperti  Yusuf dan saudara-saudaranya.

Bagaimana cara untuk dapat mengalahkan iri hati ? ada tiga hal yang perlu kita amati dengan seksama, yaitu antara lain :

A.      Jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan  orang lain, karena berkat, kecakapan, kepintaran dan kelebihan itu beda-beda. Tidak ada yang sama dan tidak bisa disamakan, semua sudah Tuhan atur sedemikian rupa.

B.      Belajar bersyukur atas semua yang sudah Tuhan berikan kepada kita, orang yg suka iri selalu tidak bisa melihat orang lain lebih baik, selalu melihat diri sendiri kurang dan kurang. Padahal Tuhan sudah memberikan yg baik kepada kita.


C.      Iri hati itu bukan roh jahat, sehingga tidak bisa ditengking keluar dari diri seseorang, iri hati adalah keinginan daging dan sangat bahaya... “19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu  —  seperti yang telah kubuat dahulu  —  bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal 5:19-21)

Dengan mengerti tentang iri hati, kiranya kita sebagai  orang percaya akan selalu waspada dan mewaspadai setiap sisi kehidupan kita.  Dan biarlah setiap perkara dapat kita tanggung didalam Dia. Haleluyah

Sabtu, 11 Januari 2014

TINGGALKAN KISAH YANG LAMA


Ketika Anda melihat sebuah film di bioskop, dan film itu sudah berakhir karena ditutup dengan sebuah kata “tamat” alias selesai, apa yang kemudian biasanya Anda lakukan? Anda akan bergerak meninggalkan ruang bioskop dan MELANJUTKAN agenda kehidupan Anda bukan? Akan sangat konyol kalau ada orang yang tetap tinggal di ruang bioskop selamanya hanya karena dia menyukai atau tersentuh oleh film yang barusan dia tonton.

Begitu pula dengan kehidupan. Ada “sesi-sesi” kehidupan yang sudah berakhir dan kita seharusnya bergerak maju melanjutkan pada tahap berikutnya. Namun, manusia sungguh memiliki kebiasaan yang aneh. Kebiasaan itu adalah suka tinggal di dalam rasa sakit.
Dalam berbagai kasus konseling, training, dan pengalaman saya, sangat banyak sekali orang yang hidupnya tak pernah bergerak maju bukan karena dia tak mampu untuk meninggalkan masa lalunya yang pahit, melainkan dia memilih TIDAK MAU meninggalkan rasa sakit itu. Betapa banyaknya orang yang setiap saat masih membicarakan bagaimana ia disakiti oleh seseorang, padahal kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu, namun ia bisa menceritakannya seolah-olah baru kemarin.
Ada pula orang yang terus menyesali kesalahannya di masa lalu, kegagalannya di usia-usia tertentu, kekecewaannya di tempo lalu, padahal semuanya sudah ia lewati sekian tahun lamanya. Tubuhnya terus menua, bumi terus berputar, dan waktu terus melaju kian habis, namun jiwa, hati, dan pikirannya masih tetap tinggal di masa lalu.Dan yang menakjubkan, setiap kali kita mencoba meraih tangan mereka dan mencoba menarik mereka keluar dari lubang masa lalu itu, ia malah sekuat tenaga melawan dan memilih tinggal dalam lubang itu serta “menikmati” rasa sakit dan terluka.

KASIHANILAH AKU…
Perasaan mengasihani diri dan memposisikan diri sebagai korban adalah gejala paling umum yang saya jumpai pada orang-orang yang kecanduan dengan rasa sakit ini. Mereka memelihara lukanya dengan harapan akan ada orang-orang yang terus men-suplai mereka dengan perhatian dan iba.
Padahal, dengan bersikap demikian, kita sebenarnya kehilangan kesempatan untuk hidup di masa depan yang mungkin akan jauh lebih indah, bebas dari rasa sakit, dan penuh harapan baru. Bukan tanpa alasan Kristus menutup karya salibNya dengan sebuah kalimat “Sudah Selesai…” Bukan hanya Dia menyatakan bahwa Dia berhasil memenuhi destiny kehadiranNya di bumi, tetapi Kristus mencoba menegaskan kepada kita bahwa semua episode kelam Anda sebagai manusia, SUDAH SELESAI! Kristus sudah menanggungNya dengan cara paling mengenaskan di atas kayu salib! Tidak sepantasnya Anda masih meratapi nasib dan kegagalan Anda.
Justru dengan tinggal di masa lalu merupakan sebuah penghinaan terhadap pengorbanan Kristus itu sendiri. “Sudah Selesai” memberikan sebuah komando bagi kita bahwa ini saatnya melanjutkan kehidupan kita! Bukankah “Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang?”

3 LANGKAH BERGERAK MAJU

1. Pahamilah bahwa semua orang punya masa lalu kelam. Semua orang punya episode gelap (meski kadang tak kelihatan). Saya juga memiliki banyak peristiwa menyakitkan, traumatis, kegagalan memalukan, dan luka mendalam. Semua orang mengalaminya. Jangan menganggap diri Anda yang paling menderita.

2. Ambil Tanggung Jawab. Berhentilah memposisikan diri sebagai korban. Jangan salahkan keadaan atau siapapun (apalagi Tuhan!). Anda punya kendali atas hidup Anda sendiri, jangan biarkan tindakan, perkataan, dan perbuatan orang lain membuat masa depan Anda rusak. Setidaknya Anda masih bisa MENGENDALIKAN RESPON Anda! Anda BISA MEMILIH untuk tidak sakit hati dan bergerak maju! Kendali di tangan Anda.

3. Gunakan masa lalu untuk berkarya. Saya memiliki luka mendalam dengan ayah saya karena semua perbuatannya yang banyak menyakiti kami sekeluarga, tapi sejak Kristus menebus saya, saya memakai pengalaman masa lalu saya untuk tenaga pendorong agar saya menjadi pria yang bertanggung jawab dan menolong keluarga-keluarga agar tidak mengalami kehancuran rumah tangga. Masa lalu saya, sekarang malah menjadi salah satu strong point saya dalam karir dan pelayanan saya! Tuhan mengubah masa lalu saya menjadi alat untuk saya memahami pentingnya hati bapa dalam sebuah pelayanan, dan inilah yang menggerakkan saya untuk melakukan pelayanan fathering pada generasi muda hari-hari ini.
Apapun sesi gelap dalam hidup Anda. Seberapa banyak luka dan sakit yang pernah Anda alami, Kristus sudah menyelesaikan semuanya saat Dia menebus Anda. Semua episode gelap itu sudah tamat. Saatnya Anda meninggalkan lubang itu dan bergerak maju melanjutkan hidup Anda.

“Kita baru bisa menerima sesuatu yang baru, hanya jika tangan kita bersedia melepaskan dan membuang apa yang sudah lama kita genggam”  

Jumat, 10 Januari 2014

PERENUNGAN TAHUN BULAN PERTAMA 2014

Amsal 24:16 "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." Kegagalan bukanlah hal yang fatal itu normal! Lihatlah sekeliling Anda. Hidup kita kian lama kian kacau. Sayangnya, kita cenderung terlalu fokus pada kekurangan kita sendiri, dan hal itu membuat kita tidak percaya diri. Itulah salah satu hal yang dialami para murid Yesus. Kemarin, saya bercerita betapa kagumnya saya pada para murid Yesus yang mampu berubah dari jiwa yang kalah menjadi jiwa yang penuh semangat, segera setelah Kebangkitan Yesus. Saya telah berbagi dengan Anda yang pertama dari tiga hambatan yang dialami para murid Yesus dalam mendapatkan keyakinan diri: kelelahan. Hambatan yang kedua adalah kegagalan. Matius 26:56 mengatakan, "Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.' Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." Salah satu alasan utama goyahnya kepercayaan diri para murid adalah karena merasa gagal, mereka menyesal telah melarikan diri dari Yesus. Ditambah lagi, pelayanan mereka bersama Yesus yang saat itu tengah berjalan pesat tampaknya juga ikut mati. Mereka meratapi kemalangan mereka. Mereka menebak-nebak sendiri dan bertanya-tanya apa yang salah. Yesus adalah Mesias, tapi mengapa kemudian Dia mati. Dan saya yakin mereka juga bertanya pada diri sendiri "Mengapa aku? Siapa yang akan memimpinku? Apa yang harus kuperbuat sekarang?" Lalu apa penangkal kegagalan? Penangkalnya adalah ketekunan. Anda mengatasi kegagalan ketika Anda mengakuinya pada Allah dan tetap melakukan apa yang Dia kehendaki, terlepas dari rintangan yang menghadang jalan Anda. Alkitab mengingatkan kita bahwa Allah memakai kegagalan. Bahkan, hanya tiga hari setelah penyaliban Yesus, ketika para murid berpikir jika hidup mereka telah hancur, Yesus bangkit dari antara orang mati. Allah memakai kegagalan Anda.

Kisah Para Rasul 26:9 "Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret." Pernahkah Anda berpikir bahwa tampak mustahil bagi Allah untuk bisa menyelamatkan orang-orang tertentu? Adakah seseorang yang Anda kenal saat ini yang tidak percaya pada Kristus, atau yang bahkan, sepertinya jauh kemungkinan untuk percaya? Mungkin menggelikan membayangkan orang ini membawa-bawa Alkitab dan mengucapkan, "Puji Tuhan!" Dalam kitab Kisah Para Rasul kita menemukan salah satu kisah konversi yang paling menakjubkan sepanjang masa. Satu konversi yang tak terduga, hingga bahkan orang-orang Kristen pada waktu itu tidak berpikir itu mustahil. Saya berbicara tentang pertobatan Saulus dari Tarsus, yang kemudian menjadi rasul Paulus. Hal yang menarik tentang pertobatan Saulus adalah bahwa ia adalah salah satu tokoh antagonis yang paling radikal di era gereja mula-mula. Adalah Saulus yang memimpin kematian Stefanus, seorang martir yang berani berjuang atas imannya. Adalah Saulus yang berkeliaran di jalan, yang secara harfiah memburu orang Kristen, memenjarakan mereka, dan bahkan membunuh mereka. Orang ini bertekad memberantas iman Kristen . Jika Anda tahu orang yang antagonis, seseorang yang tampaknya berbuat apa pun untuk membuat hidup Anda menderita, seseorang yang selalu berusaha meyandung Anda dengan pertanyaan sulit, mungkin saja mereka lebih dekat dengan kerajaan Allah dari pada yang Anda sadari. Terkadang orang-orang yang paling menyerang, para pengejek dan tokoh antagonis yang paling terkenal, adalah mereka yang sebenarnya ada di bawah keyakinan Roh Kudus. Dan itulah sebabnya mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Orang yang paling menentang hal-hal yang Ilahi sebenarnya lebih dekat dari yang Anda kira. Selamat unt sukses 2014.

Jumat, 03 Januari 2014

DELAPAN TITIK KEMENANGAN


1. Victory In Mindset
2 Korintus 10:5, “Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”.
Telah bertahun-tahun saya menyelidiki kekuatan pola pikir kita. Dari ratusan referensi dan diskusi, saya menyimpulkan satu hal saja. Bahwa saya dan Anda semua sangatlah penting menguasai cara kita berpikir, mempersepsikan segala sesuatu, hati-hati dengan imajinasi kita. Kuasailah pula logika kita agar tidak melawan kuasa Tuhan. Karena apa yang kita pikirkan, suatu kali akan menjadi kenyataan (Amsal 23:7). Menaklukkan imajinasi dan logika kita, adalah peperangan yang harus dilakukan setiap hari, bahkan setiap saat. Pikiran kita adalah Rumah Tuhan (Ibrani 8:10). Karena itu kita pasti menang dan mampu memiliki pikiran seperti Kristus. Yakinlah, cobalah, alamillah kemenangan dipikiran kita setiap hari.
2. Victory In Emotion
Amsal 16:32, “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota”.
Pernah ada survey yang menyatakan minimal 17 persen dari kita adalah emosional. Saya perlu mengakui, bahwa saya adalah orang yang emosional juga. Lalu bagaima agar menang dari emosi kita.
Ada 2 hal saja. Pertama, akuilah pada sahabat kita, bahwa kita orang yang emosional, ceritakan apa saja mengenai perasaan kita. Dan mintalah dia menerima apa adanya perasaan kita. Mintalah sahabat kita mendoakan kita. Kedua, lakukan aktifitas fisik yang baik, jangan berdiam diri saja. Alihkan fokus kita kepada pikiran yang benar, bahwa kita mampu menguasai emosi kita. Lakukan yang bermanfaat. Berpikirlah yang benar, yang indah dan membangun. Lalu bertindaklah dengan aktifitas yang positif. Upah atas kemenangan emosi, telah disediakan Tuhan untuk kita.
3. Victory In Willingness
Filipi 2:13, “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan- Nya”.
Tuhan telah memberikan 'free will' sebagai salah satu tanda keserupaan kita dengan Tuhan. Tetapi kemauan bebas bisa jadi sumber masalah, jika dipergunakan untuk kepuasan 'ego' kita. Penyerahan 'hak' adalah cara yang paling ampuh untuk menang atas kemauan kita. Rasanya sakit memang. Tapi hasilnya indah pasti. Saya sering berperang dengan kemauan saya yang antusias. Seringkali saya berhenti sejenak untuk menguji motivasi kemauan saya. Dengan 2 pertanyaan ini, mengapa aku mau melakukan ini. Untuk apakah aku melakukannya. Apakah aku menyenangkan hati Tuhan dengan kemauanku ini? Tidak mudah memang, tapi pasti bisa menang. Kemenangan dikemauan adalah kekuatan untuk melakukan Kehendak Tuhan.
4. Victory In Speak
Pengkotbah 2:5, “Janganlah terburu- buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas- lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit”.
'Bicara itu gratis!'. Tapi tidak semua perkataan kita membangun dan berguna. Kemenangan atas perkataan adalah mememutuskan untuk memilih kata kata yang membangun orang lain. Memuji dengan apresiasi. Memotivasi dengan kasih. Saya pernah gagal dalam perkataan. Saya menuai dengan tangisan. Saya mulai belajar mengendalikan lidah saya. Agar tidak liar. Saya sering menahan perkataan sampai pada momen yang tepat. Saya sengaja memilih kata-kata yang benar, menguatkan dan memulihkan. Latihan setiap saat diperlukan. Dengan hal-hal sederhana, misal sering berkata 'terimakasih', 'maaf' dan 'tolong'. Menjaga mulut saya dari 'gosip' telah menolong banyak orang menjadi lebih baik. Seringkali saya hanya tersenyum. Diam. Dan saya memenangkan perkataan saya dengan berkata 'no comment'. Atau 'saya akan doa dulu ya'.
5. Victory In Behaviour
Kolose 3:23, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.
Ini adalah prinsip hidup saya sekeluarga. Benar, kami melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan. Putra saya baru memulai bisnisnya. Dan dia bersaksi bahwa dia seperti tidak bekerja sendiri. Karena ada kuasa Tuhan yang ikut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Kemenangan saya atas perilaku adalah dengan cara 'Right Response'. Saat orang lain tidak benar saya mau berespon benar. Juga pada situasi yang tidak benar, saya tetap mau berespon benar. Dan hasilnya adalah luar biasa. Kemenangan sejati seperti Kristus menang.
6. Victory In Habit
Efesus 3:20, “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita”.
Kebiasaan adalah topik yang sekarang hangat dianalisa dan diajarkan sebagai cara effektif untuk perubahan nasib kita. Tetapi apakah mudah membangun sebuah kebiasaan baru yang baik? Sejarah Perjanjian Lama membuktikan bahwa tanpa 'kasih karunia' tidaklah mungkin orang merubah sebuah kebiasaan. Kebiasaan adalah 'nilai-nilai' yang kita percayai. Jadi kalau ingin menang dari kebiasaan buruk. Kita mesti punya 'nilai-nilai' yang baik dan hidup bersama komunitas yang memiliki 'nilai-nilai' yang baik pula. Kemenangan atas kebiasaan adalah menghampiri kasih karunia Tuhan, tidak malah menjauhinya jika kita gagal. Renungkanlah hal ini. Lari mendekat pada 'kasih karunia' adalah awal sebuah kemenangan atas kebiasaan.
7. Victory In Faith
Ibrani 11:6, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”.
Iman tanpa perbuatan adalah mati. Kita sudah tahu hal itu. Tetapi perbuatan seperti apa yang membuat iman kita menang? Saya tidak selalu menang dalam iman. Saya meminta iman kepada Tuhan, ketika saya putus asa.
Saya bersaksi, bahwa Iman tidak boleh menuntut dengan cara kita. Kemenangan iman dimulai ketika saya mampu bersyukur dan mensyukuri setiap siuasi yang saya hadapi. Sambil tetap percaya, bahwa Kristus adalah garansi pemenuhan janji Tuhan yang saya dengar dan percayai. Saya selalu mengucapkan dgn suara, agar telinga saya mendengar 'pernyataan iman' saya sendiri. Saat itu iman saya bertumbuh. Kemenangan atas iman selalu diuji oleh waktu. Bukan menunggu pemenuhan, tetapi saya percaya sudah menerimanya. Saya serahkan waktu dan caranya kepada kedaulatan Tuhan sendiri.
8. Victory In Purpose Of Life
Galatia 2:20, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”.
Saya menguji diri saya dengan 10 pertanyaan seperti ini.
1. Untuk apa Tuhan menciptakan saya?
2. Apakah ada tugas khusus buat saya?
3. Apakah yang bisa saya lakukan agar Tuhan senang?
4. Dimanakah saya ditempatkan Tuhan?
5. Apakah buah-buah hidup saya?
6. Kemanakah arah hidup saya?
7. Apakah talenta bakat saya?
8. Apakah nilai-nilai hidup saya?
9. Bagaimana cara saya bisa maksimal?
10. Apa yang saya inginkan terjadi diakhir hidup nanti?
Dan ketika saya telah menjawabnya. Tiba-tiba, saya merasakan telah menemukan arti sesungguhnya dari sebuah kemenangan yang sejati! Kemenangan yang telah dialami oleh Kristus. Itu yang sedang saya alami sekarang ini. Bagaimana dengan Anda?

JIWA YANG TULUS


“Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, tetapi penderitaan merobek jiwa.” (Ams 27:9)

Kehidupan jiwa rupanya juga dapat mengalami sakit, sakit badan ada obat, vitamin, rumah sakit, dokter, tabib, jamu dan sarana lain-lainnya, yang dapat menjadi sarana kesembuhan. Badan juga memerlukan makanan, dan minuman yang dapat mengenyangkan dan menunjang kepada kesehatan badani. Dengan begitu kalau jiwa dapat robek atau mengalami kesakitan, berarti juga ada sarana untuk makan dan minumnya, serta obat dan sarana kalau sakit.

Jiwa perlu disegarkan (dikenyangkan) dengan kebenaran Firman Tuhan; “ Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.” (Mzm 19:8)
Kalau bisa dilihat kehidupan jiwa, saat seseorang membaca Kebenaran Firman Tuhan, maka jiwanya menjadi segar, yang sebelumnya layu dan tidak berpengharapan. Putus asa dan tidak bersemangat, manusia lamanya menuntut untuk berkata tidak kuat dan mau mengakhiri hidup dengan semau-maunya hidup. Minum dan merokok, sex bebas dan mengejar makanan enak-enak, semua itu dipikir dapat memenuhi kesenangan sang  jiwa, mencari uang sebanyak-banyaknya untuk memuaskan “kehendak”, padahal jiwa akan mengalami kehidupan saat seseorang hidup didalam Tuhan.

“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” (Pkh 5:8)
Semakin orang mengejar uang akan semakin tidak terpuaskan dengan uang, semakin kaya biasanya seseorang semakin gila pingin kekayaan yang lebih lagi. Dan gaya hidupnya semakin berubah, itulah yg Allah tidak sukai dari orang kaya, kesombongan dan sok bisa dan sok mampu.
Hanya dengan dekat Allah saja aku tenang, itu kata Raja Daud.

Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm 42:2)
Setiap jiwa mempunyai kerinduan untuk selalu bersekutu dengan TUHAN, akan tetapi caranya tidak mengetahui bagaimana dapat berhubungan dengan Allah yang Maha Kudus. Dan jiwa selalu merindukan kebaikan-demi kebaikan Tuhan. banyak ungkapan yang seringkali diteriakkan jiwa, dan tanpa disadari hal itu terjadi begitu saja.
Pernahkah kita dengan seseorang menyebut nama Tuhan saat mau jatuh, kecelakaan, bangun tidur.

MULAI MENENTUKAN, MENGIKUT TUHAN ATAU MEMBURU MAMON, MENGIKUT TUHAN AKAN DIKEJAR BERKAT, MEMBURU MAMON TIDAK AKAN PERNAH MENDAPATKAN KEUANGAN YANG BAIK. HALELUYAH

SUKU DAYAK KENYAH BAGI TUHAN


Kami berseru kepadamu, wahai orang Kristen
Mengapa engkau tidak memberitahu kami lebih cepat
Bahwa Kristus telah mati bagi engkau dan aku?
Seribu sembilan ratus tahun telah berlalu
Sejak murid-murid disuruh pergi
Kebagian bumi yang paling ujung dan memberitakan
Mengapa engkau tidak memberitahukan kami?
Dengarkanlah tangisan kami yang menyedihkan ini
Wahai orang-orang yang berdiam di negri Kristen,
Sebab Kutai Barat berdiri di hadapanmu
Dengan permohonan dan tangan yang terbentang
Engkau mungkin tidak dapat datang dengan dirimu sendiri
Tetapi beberapa orang diantaramu mungkin dapat pergi
Mengapa engkau tidak mengirim kami para guru?
Mengapa engkau tidak membiarkan kami untuk tahu?

Ya, kita akan. Dan cara kita melakukannya adalah dengan hadiah yang kita bawa ini kepada Tuhan Yesus Kristus.
Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan.
Kemenyan: dari sejak dahulu, saat dia ditemukan, kemenyan yang dibakar telah menjadi simbol dalam menaikkan doa dari umat Allah kepada Bapa di sorga.
Ketika Zakharia dari rombongan Abia, masuk ke ruang maha kudus, dan  di sana, di depan altar emas, dan membakar ukupan ke hadapan Allah di sorga, pada saat doa malam, sementara orang-orang berkumpul di luar saat asap kemenyan naik ke hadapan Allah yang di sorga. Dan pada saat itu seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan dan mengumumkan kelahiran sang pembuka jalan bagi Kristus dan kelahiran Kristus.
Itu adalah sebuah simbol dari doa yang dinaikkan oleh orang-orang. Dan pada tahun ini, permononan doa kita dinaikkan, dipersembahkan kepada Allah bagi perdamaian dunia.
Ketika saya berpikir tentang Natal, saya berpikir tentang kedamaian. Saya berpikir tentang bintang-bintang yang bersinar terang. Saya berpikir tentang pengharapan dunia. Natal: masa yang damai; saat Natal, merupakan lawan dari peperangan dan kebencian. 
Dan naynyian para malaikat, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan  kepadaNya,” damai dan kedamaian. Dan di dalam masa yang menakutkan, dan ancaman atom yang mengerikan, membuat setiap orang yang percaya kepada Allah dan yang memiliki keyakinan kepada Yesus Kristus,dimanapun mereka berada, betapa mereka harus bersungguh-sunggu dalam menaikkan permohonan doa mereka terhadap keadamaian dunia.
Suku Dayak Kenya di Datah Bilang - Ma Hulu - Kalimantan Timur. Doakan dan topang untuk kemajuan wilayah tersebut. Tuhan sangat baik, walaupun kadang kehidupan terasa kurang baik.

Rabu, 01 Januari 2014

MENGEMBALIKAN PANDANGAN MISI ATAS GEREJA TUHAN



Gereja dilahirkan Misi, tetapi oleh karena sesuatu Gereja meninggalkan Misi, yang sebenarnya harus dikerjakan. Mengapa demikian ? penulisan ini bukan yang terbaik, tetapi kami mengharapkan peran serta rekan hamba-hamba Tuhan untuk dapat berpartisipasi dalam pemasukan, ide dan saran, guna saling memperlengkapi sehingga penulisan ini menjadi sempurna sesuai dengan rencana Tuhan.

Panggilan Istimewa
Mendapatkan kepercayaan adalah suatu kehormatan; terlebih lagi jika pemberinya istimewa. Kepada Yesaya, Tuhan bersabda, "Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yesaya 49:7b) “Raja-raja akan melihat perbuatan-Ku, lalu bangkit memberi hormat, dan pembesar-pembesar akan memberi sujud menyembah, oleh karena Tuhan yang setia oleh karena Yang Maha Kudus, Allah israil, yang memilih engkau”
Sesuai dengan rancangan-Nya yang kekal, Tuhan menghendaki agar berita keselamatan disampaikan kepada segala bangsa. Karena itu Yesaya tidak hanya diutus untuk melayani suku Yehuda atau Israel saja, tetapi segala bangsa (Yesaya 49:7a). Yohanes memahami keuniversalan berita Injil ketika ia berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa isi dunia." (Yohanes 1:29)”Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata:”Lihatlah Anak domba Allah,yang menghapus dosa dunia.” Begitu juga Lukas, "Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa." (Lukas 24:47)”Dan lagi:dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,mulai dari Yerusalem.” Tidak keliru, perintah untuk membawa Injil kepada segala bangsa memang harus disebut Amanat Agung (Matius 29:19-20).”Karena itu pergilah,jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.Dan ketahuilah,Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Tetapi tugas penyebarluasan berita keselamatan di dalam Kristus merupakan panggilan, dan bukan sekadar alternatif, "Aku membuat engkau." Di sini ketaatan menjadi keharusan. Paulus tahu persis akan hal ini, dan ia menanggapinya dengan meninggalkan semuanya demi menggenapi tugas ini: "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:7)”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,sekarang kuanggap rugi karena Kristus.” Buah ketaatan Paulus nyata sekali; Injil menerobos Asia, masuk ke Eropa, "ujung bumi" pun dicapai. Maka bukan suatu kebetulan jika Lukas menerapkan mandat penugasan Yesaya ini kepada Paulus (Kisah Para Rasul 13:47).”Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami:Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,supaya engkau membawa keselamatan sampai keujung bumi.” Tepat sekali, Paulus telah membuka hidupnya, sehingga di dalam dirinya, rancangan agung ilahi ini menemukan realisasinya secara utuh.
Nasib dan masa depan dunia ditentukan di dalam berita ini. Karena itu, Iblis berjuang keras untuk menggagalkan panggilan ini dengan beragam cara. Intinya, ia akan membelokkan ketaatan itu kepada yang lain. Yang paling populer, mengimbau kita untuk hidup baik dan kaya dalam kebajikan, berusaha menjadi garam dan terang. Teknik lain, ia menjebak kita dengan kesibukan (yaitu pelayanan, atau kegiatan gerejawi) pengganti yang memang terlihat masuk akal, berguna, dan memuaskan, kecuali dalam pandangan Tuhan.
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
Jutaan jiwa tengah berbaris menuju neraka. Kesadaran inilah yang menggerakkan William Carney untuk melupakan kenikmatan Eropa dan dengan berani menantang kehidupan keras di India. Dengan motivasi yang sama, Adoniram Judson menyerahkan hidupnya untuk Myanmar, Hudson Taylor untuk bangsa Cina. Bukankah karena alasan yang sama, maka Nomensen, Lyman, dan Munson bahkan telah mengorbankan nyawanya demi menuntun suku Batak kepada pengenalan terhadap anugerah keselamatan dalam Kristus? Daftar tokoh-tokoh iman yang telah menempuh orong ini masih dapat diperpanjang. Benar, jika rumah kita tengah dilanda amukan api memang tidak ada waktu untuk menghiasi dindingnya dengan lukisan kesayangan.
Tiba waktunya untuk mengerahkan semua potensi guna melaksanakan panggilan mendesak ini. Kita harus mulai dengan sumber daya terpenting -- doa. Pengalaman Zinzendorf dan gereja Moravia menjadi contoh klasik, doa mampu mengerjakan banyak perkara dalam penginjilan sedunia. Marilah kita genangi dunia yang sesat ini dengan kuasa dari surga melalui doa dan permohonan. Kita minta agar Tuhan mengutus pekerja-pekerja pergi ke ladang-Nya. Juga, agar pintu pemberitaan terbuka di mana-mana (Kolose 4:3),”Berdoa jugalah untuk kami,supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami,sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus,yang karenanya aku dipenjarakan.” dan agar Ia berkenan menggunakan semua sarana yang tersedia untuk menuntun banyak jiwa kepada pertobatan.
Berikutnya dana kita. Kita terlalu bersemangat mendanai bermacam-macam program, kecuali penginjilan. Termakan bujukan dunia, kita habiskan uang kita untuk membeli benda-benda yang hanya memuaskan nafsu. Akibatnya, kita tidak melihat pengumpulan dana untuk penginjilan sedunia sebagai prioritas. Jika mau, kita dapat mengumpulkan dana dalam jumlah besar. Barangkali ini berarti suatu panggilan untuk mengatur kembali prioritas penggunaan penghasilan. Mungkin juga keharusan untuk mengubah gaya hidup. Bila kita rela mendisiplin diri, tidak ada alasan untuk tidak dapat melakukan lebih banyak lagi demi penyebarluasan Injil ke seluruh dunia.
Di samping itu, kesatuan dan kerja sama harus semakin dipupuk dan dikembangkan. Bukan waktunya lagi untuk bersikeras menekankan perbedaan; sebaliknya, kita harus lebih memusatkan pada kesamaan. Demi suksesnya kesaksian Injil, kita harus bersedia bergandengan tangan dengan semua orang percaya, apa pun latar belakang gereja, suku, budaya, atau batasan lainnya. Kita sedang berada di tengah medan perjuangan; jangan sampai keliru dalam menandai siapa "musuh" kita sebenarnya. Marilah kita amalkan prinsip Kristus yang satu ini, "Sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." (Lukas 9:50)”Yesus berkata kepada kepadanya:Jangan kamu cegah,sebab barang siapa tidak melawan kamu,ia ada dipihak kamu.” Kristus telah menetapkan kita untuk menjadi terang kepada segala bangsa. Usahakan agar cahaya-Nya semakin cemerlang.
Salam penuh Damai sejahtera.

Ev. Eddy Sutopo M.Div