Kamis, 16 Januari 2014

MENCARI KESUKAAN SIAPA ?




“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Gal 1:10)
Rasul Paulus mempunyai ketegasan dalam menentukan arah pelayanan dengan benar, bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri. Dia tidak katakan, adakah "kau" cari. Tetapi dia mengatakan adakah kucari kesukaan manusia, atau kesukaan Allah. sehingga seolah tidak memberikan beban kepada orang lain, tetapi jelas untuk dirinya sendiri, walaupun akhirnya surat itu bagi semua jemaat di Galatia, tetapi sekarang buat kita semua.

Setiap orang perlu yang namanya : Pengakuan dari siapapun (orang lain), bisa orang dekat, suami, istri, teman, sahabat, anak, orang tua, bahkan pimpinan, bawahan, jemaat dan organisasi. Bahkan orang yang baru dikenalnya, dan yang belum dikenal, dengan tujuan supaya dirinya akan diakui, dan menjadi terkenal dalam bidangnya, apapun itu namanya. Firman Tuhan mengatakan dengan tegas seperti ini : “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3:23) Artinya, setiap perbuatan atau pekerjaan harus kita kerjakan seolah untuk TUHAN, sehingga kalau pekerjaan yang kita lakukan hanya butuh pengakuan dari orang lain, maka pekerjaan tersebut tidak akan ada artinya. Bahkan bisa dikatakan percuma, dan tidak akan berdampak kepada kehidupan kekal.
Hambatan yang sering kita hadapi ada beberapa hal, antara lain :
1.       Takut dibenci orang lain, bisa orang dekat maupun orang jauh. Dengan menegur, mengajar sesuai dengan kebenaran akan selalu beresiko untuk tidak disenangi oleh orang lain, dan Tuhan sudah mengingatkan kepada kita : “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Mat 10:22) Jadi kalau karena dibenci, atau dijauhi teman, sahabat, pacar, orang tua, anak lalu tidak bertahan, maka orang tersebut tidak selamat. Tetapi apapun resikonya kita harus melayani dengan tegas sesuai dengan Firman Tuhan, supaya banyak jiwa dimenangkan, kecuali orang tersebut sudah memilih untuk tidak diselamatkan.

2.       Takut kehilangan, bukan hanya harta, tetapi juga takut kehilangan orang tua, anak, suami, istri, bahkan nyawa. Ingatlah bahwa semua yang ada akan sirna, saat akhir zaman, “Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi.” (Zef 1:18) Keselamatan itu lebih penting daripada semua yang kita miliki sekarang, sementara masih banyak orang yang masih mencintai dunia dan isinya melebihi mengasihi Tuhan, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mat 10:39)

Hambatan-hambatan tersebut ada di setiap orang, dan itu hal yang wajar. Masih banyak hambatan yang kadang muncul, kelihatannya tidak bahaya. Akan tetapi suatu saat hambatan tersebut akan mematikan iman dan pengharapan kepada Tuhan tanpa disadari akan hilang.

Keselamatanpun bukan berdasarkan atas apa agama kita, mungkin saja kita sudah Kristen. Bahkan mungkin saudara sudah melayani Tuhan di Gereja, kalau kita tidak mencari tahu lebih banyak dan melakukan kehendak Bapa diSurga maka kitapun tidak selamat. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21) Bukan hebatnya Gereja, atau pendeta kita diselamatkan. Tetapi  yang menentukan adalah mencari kesenangan Bapa. Renungkan ayat selanjutnya, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"” (Mat 7:22-23) Ini berbicara orang-orang yang sudah melayani, menjadi orang yang hebat (secara manusia) tetapi Tuhan tidak mengenalnya. Haleluyah
Bagaimana kita semua ? sudahkah melayani mencari kesenangan Bapa, atau masih mencari kesenangan manusia ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar