Sabtu, 17 Mei 2014

PENYALIBAN YESUS KRISTUS.



562967_507022629387412_903552729_n.jpg
M
asalah penyaliban Yesus Kristus telah menimbulkan pertentangan pendapat di kalangan umat Muslim. Walaupun Al Qur’an menyebutkan kematian Kristus sebelum kenaikannya ke surga, para Ahli Agama Islam tidak sependapat atas penafsiran dari kata “inni mutawaffeka” (yang diterjemahkan “menyampaikan kamu pada akhir ajalmu” – Al Qur’an dan terjemahannya) dalam Surat Ali Imran 55. Sebagian berkata bahwa istilah ini tidak menunjuk pada “kematian” sedangkan yang lainnya menegaskan bahwa Kristus benar-benar mati. Ada banyak pendapat tentang hal ini, yang muncul dari sekolah-sekolah muslim yang tersohor, atas tafsiran para pakarnya seperti Al Tabari dan Al Zamkhashri dan lain-lain.
Beberapa orang berpendapat bahwa istilah ini berarti :
1.) Tidur .. Al Muthana mengatakan, ”Saya diceritakan oleh Ishaq (seperti yang dilaporkan kepadanya oleh Abdul Allah Ibnu Jaafar dan Al Rabia) bahwa ”inni mutawaffeeka” berarti ”satu ketiduran kematian dan Allah membangkitkan Dia dari tidurNya”.
2.) Penggenapan atau penyelesaian – oleh Ali Ibnu Suhail dan Domra Ibnu Rabia dan Ibnu Shuthab dan Matar al Waraq, yang mengataakan bahwa itu berarti, ”Aku, Allah mengumpulkan kau dari dunia bukan dengan kematian”.
3.) Memegang atau menguasai – oleh Yunis yang berkata ’Ibnu Wahab dan Ibnu Zeid telah mengatakan kepada kita bahwa ”inni mutawaff eeka” mengandung arti ”Aku memegang – menguasai – engkau.. Dia tidak mati dan tidak akan mati sampai Dia membunuh Anti Kristus. Sesudah itu barulah Dia mati.
4.) Abu Jaafar al Tabari, menghubungkan hal ini dengan hadist Muhammad yang berkata ” I’sa (Yesus), Putera Maryam, akan turun dan membunuh Anti-Kristus, kemudian akan tinggal di bumi untuk sementara waktu (yang tidak ditetapkan) dan kemudian Dia akan mati dan umat Muslim akan memuji Dia”.
Kelompok yang mempertahankan bahwa istilah ini berarti kematian yang sungguh juga mempunyai banyak tafsiran dari kisah ini.
1.) Al Muthana berkata, mengutip dari Abdul Allah Ibnu Salih dan Muawiheh dan Ali Ibnu Abbas bahwa ”inni mutawaffeeka” berarti ”Aku membuat engkau mati”.
2.) Dari Ibnu Hamid, seperti yang diceritakan oleh Salma dan Ibnu Ishaq dan Wahab Ibnu Munabbih, ”Allah telah menjadikan Isa, Anak Maryam mati selama tiga jam dan kemudian membangkitkan Dia”. (Jamia al bayan 3.289-292).
Tafsiran Al Imam Al Razi, asal dari kutipan ayat-ayat berikut ini berkata ketika Allah berfirman, ”Ya, ’Isa, sesungguhnya Aku mewafatkan engkau dan meninggikan (derajat) engkau kepada-Ku”. Ini menunjukkan bahwa Allah secara khusus meninggikan Dia. Pertama ”inni mutawaffeeka” dengan meninggikan Dia, dan ayat yang lainnya yang berasal dari Yesus (’Isa) sendiri berbunyi, ”Ketika Engkau mengambil aku, Engkau sendirilah Penjaga terhadap mereka,” yakni penjaga Dia.
Para ahli tafsir berbeda pendapat atas dua ayat ini dalam dua cara. Sebagian menerima ayat-ayat ini secara hurufiah sedangkan yang lain melihat adanya arti-arti yang terselubung di dalamnya.
Kelompok pertama mengatakan ”mutawaffeka” berarti ”hidupmu telah digenapi, sebab itu Aku (Allah) akan mengambil engkau, dan tidak mengijinkan mereka (yakni kaum Yahudi) membunuhmu, tetapi Aku akan menaikkan engkau ke surga dan menetapkanmu tinggal di antara malaikat-malaikatKu, dan Aku akan melindungimu agar mereka tidak akan dapat membunuhmu”.
Kelompok kedua berkata ”mutawaffeka” berarti ”Aku membuat engkau mati”. Menurut Ibnu Abbas dan Hamma Ibnu Ishaq istilah ini berarti, ”Musuh-musuhNya, yakni umat Yahudi, tidak diijinkan membunuh Dia, maka Allah meninggikan Dia dengan mengangkat Dia ke surga”.
Pendapat-pendapat ini juga berbeda dalam tiga hal :
1. Wahab berkata, ”Dia telah mati selama tiga jam dan kemudian dibangkitkan”.
2. Muhammad Ibnu Ishaq berkata, ”Dia telah mati selam tujuh jam, kemudian Allah membangkitkan Dia kepada hidup dan mengangkat Dia ke surga”.
3. Al Rabia Ibnu Uns berkata bahwa Allah menjadikan Dia mati ketika Ia mengangkat Dia ke surga. Allah berfirman, ”Allah mengumpulkan roh-roh dari kematian dan mereka tidaklah mati dalam tidurannya”.
Karena adanya perbedaan pendapat di antara pakar Muslim, dan perbedaan tafsir mereka dari satu ayat dalam Al Qur’an tentang detik-detik terakhir dari kehidupan Kristus, maka setiap pencari kebenaran yang tulus, harus kembali pada catatan Kitab Injil, yang tidak memerlukan lagi tafsiran. Di mana tidak ada pertentangan di dalamnya, mengenai kematian Kristus, kebangkitan dan kenaikanNya.
DSCN0846.JPG Pelayanan ke Penajam 23 juni 2012. Haleluyah

Rabu, 14 Mei 2014

MENGATASI MASALAH.




1. Jangan menjauh dari Tuhan

Keadaan susah yang kita alami tidak boleh membuat kita menjauh dan mundur dari Tuhan. Jika perlu kita harus lebih aktif lagi mencari wajah Tuhan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Semakin kita menjauh dari Tuhan, maka perlindungan Tuhan juga akan menjauh dari kita. Kita akan menjadi lebih rentan lagi terhadap berbagai masalah dan bahaya yang menghadang. Kita tidak memiliki kekuatan untuk menghadapinya.
Tetapi jika kita tetap berada dalam naungan Tuhan, maka Tuhan akan selalu memberikan perlindungan bagi kita. Tidak ada sehelai rambutpun akan jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan.
Sama seperti kisah Ayub yang mengalami pencobaan yang begitu berat, tetapi dia tetap menggantungkan hidupnya kepada Tuhan. Sehingga Tuhanpun memulihkan kehidupannya bahkan memberkatinya berlipat ganda.
Tetaplah dekat kepada Tuhan dan berusaha untuk lebih dekat lagi kepadaNya ketika kita sedang masalah yang berat. Maka kita akan melihat tangan Tuhan yang akan menolong dan melepaskan kita dari segala jerat yang ada.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25
Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” 1 Timotius 4:8
.
2. Melangkah dengan iman Tuhan akan mencurahkan hikmatNya bagi kita jika kita senantiasa dekat kepadaNya. Dia akan memberikan jalan keluar bagi kita. Melalui hikmatNya kita dapat mengambil tindakan untuk dapat menyelesaikan masalah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Jangan takut untuk melangkah, berbuat sesuatu dan mengambil tindakan jika Tuhan sudah membukakan hati dan pikiran kita.
Damai sejahteraNya akan menjadi tanda bagi kita bahwa Tuhan akan menyertai langkah yang akan kita ambil.
Ketika Bangsa Israel melangkah dengan iman untuk menyeberangi Sungai Yordan dan masuk ke Tanah Perjanjian, mujizatpun terjadi dan sungai langsung terbelah dua menjadi kering.
Mujizat terjadi ketika kita melakukan langkah iman. Tanpa langkah iman, maka tidak akan ada mujizat dan pintu yang terbuka bagi kita.
Jangan takut dan kuatir, karena Tuhan senantiasa menyertai setiap langkah kita.
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.” Yosua 1:9
.3. Nikmati kehidupan yang kita jalani
Rasul Paulus mengalami suka maupun duka, susah maupun senang, kelebihan maupun kekurangan, tetapi dia tetap menikmati seluruh kehidupannya.
Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:12-13
Apapun yang kita alami saat ini, tetaplah berusaha untuk menikmatinya. Tetaplah naikkan ucapan syukur kepada Tuhan. Mungkin kita berpikir bahwa masalah kita adalah masalah yang paling berat yang pernah ada di muka bumi ini.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tetapi jika kita lebih peka lagi untuk melihat ke sekeliling kita, lebih banyak orang yang memiliki kesusahan yang jauh lebih berat dari yang kita alami saat ini.
Dan Tuhan tetap memberikan kekuatan bagi masing-masing kita untuk melaluinya, karena Dia tidak pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan kita.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” 1 Korintus 10:13

Cerita kehidupan kita tidak akan pernah berhenti sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Cerita demi cerita, masalah demi masalah, suka maupun duka silih berganti berdatangan dalam kehidupan kita.
Tetapi jika kita dapat menikmatinya dan berjalan bersama Tuhan, maka kita akan semakin disempurnakan hari lepas hari. Dan cerita kehidupan kita akan menjadi bacaan terbuka bagi setiap orang yang ada di sekeliling kita bahkan menjadi berkat dan teladan bagi mereka semuanya.
Tetap berada dalam hadiratNya, tetap minta hikmatNya dan melangkah dengan iman, serta nikmati apa yang ada pada kita dan mengucap syukur kepada Tuhan. Kita pasti akan melihat pertolongan Tuhan atas hidup kita.
Dia tidak pernah berhutang kepada kita. Jangan pernah ragukan kebesaran tangan Tuhan. Tetap berharap dan andalkan Dia. Haleluya!

Senin, 12 Mei 2014

BABTISAN KUDUS






1 Petrus 4:16 "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu."

K
eluarga yang sehat memiliki martabat; setiap anggotanya tidak malu mengakui dirinya adalah bagian dari keluarga tersebut. Tapi sayangnya, saya sudah bertemu dengan begitu banyak anggota gereja yang belum pernah mengakui dirinya di depan publik sebagai bagian dari keluarga Allah, dengan cara dibaptiskan.

 Baptisan bukanlah suatu ritual opsional yang bisa ditunda atau ditangguhkan. Baptisan menandakan bergabungnya Anda dalam keluarga Allah. Secara terbuka Anda mengumumkan kepada dunia, "Aku tidak malu menjadi bagian dari keluarga Allah." Yesus memerintahkan tindakan yang indah ini bagi semua orang di dalam keluarga-Nya.
Selama bertahun-tahun saya bertanya-tanya mengapa Amanat Agung Yesus mengatakan bahwa baptisan sama pentingnya dengan tugas besar penginjilan dan pemuridan. Mengapa baptisan sangat penting? Karena ia melambangkan salah satu tujuan hidup Anda: bersekutu dengan keluarga Tuhan yang kekal.
Baptisan menyatakan iman percaya Anda, bersaksi tentang penguburan dan Kebangkitan Kristus, melambangkan kematian akan hidup lama Anda, dan mengumumkan kehidupan baru Anda dalam Kristus. Baptisan juga merupakan perayan atas masuknya Anda dalam keluarga Allah.

Baptisan Anda adalah gambaran fisik dari kebenaran rohani. Baptisan Anda mewakili apa yang terjadi saat Allah membawa Anda masuk ke keluarga-Nya. Baptisan tidak menjadikan Anda anggota keluarga Allah; hanya dengan iman di dalam Kristus yang bisa melakukannya. Baptisan menunjukkan jika Anda adalah bagian dari keluarga Allah.

Seperti cincin kawin, ia merupakan satu pengingat akan komitmen yang dibuat di dalam hati Anda. Baptisan adalah tindakan awal, bukan sesuatu yang Anda tunda sampai Anda dewasa secara rohani. Satu-satunya syarat Alkitabiah adalah Anda percaya. Itu saja. Alkitab berkata,
"Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara." (Ibrani 2:11).

 Biarkan kebenaran itu meresap di dalam hati Anda! Yesus membuat Anda kudus, Allah bangga pada Anda.

Renungkan hal ini: - Menjadi bagian dari keluarga Allah adalah kehormatan tertinggi, hak istimewa terbesar yang Anda dan saya pernah terima.
 Tidak ada hal lain yang bisa menandinginya. Jadi, mengapa kita tidak berhenti sekarang dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengikutsertakan kita ke dalam keluarga-Nya? - Jika Anda belum dibaptis sebagai bentuk pernyataan iman Anda dalam Kristus, lakukanlah dengan segera seperti yang diperintahkan Yesus.
Jangan menunda-nunda waktu, jika sudah mulai bertumbuh imanmu. Maka tidak ada alas an lagi untuk tidak mulai mengambil keputusan.

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3:23)

Minggu, 11 Mei 2014

KEKUATAN DARI TUHAN.





Kita tidak bisa membandingkan apa yang orang lain rasakan dan apa yang kita rasakan, karena setiap manusia memiliki anggapan sendiri atas masalahnya masing-masing. Jika kita bertanya kepada si A : apakah masalahmu begitu berat? si A pasti akan menjawab bahwa masalah dialah yang paling berat, dan jika kita juga bertanya juga kepada si B, si B pun akan menjawab demikian. Maka dari itu, kita tidak dapat membandingkan beratnya masalah kita dengan masalah oranglain.
Ketika kita membanding-bandingkan masalah kita dengan orang lain, berarti kita mulai mengecilkan kekuatan Allah dan kita sedang meragukan kekuatan Allah. Apakah kamu kurang begitu percaya kepada Tuhan, sehingga kamu merasa masalahmu adalah yang paling sulit? Tidak ada masalah yang paling sulit dan tidak ada masalah yang mudah. Karena Tuhan pasti sudah memberikan bagian masing-masing kepada setiap orang.

“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.” (Mzm 37:5-7)

Mungkin hari ini kita merasa bahwa masalah kita adalah masalah yang sangat sulit bagi, mungkin juga kita sudah tidak sanggup lagi mengatasi masalah ini dan sering kali kita ingin menyerah kepada keadaan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tapi satu hal yang harus kita pahami adalah, bagi Tuhan masalah itu tidaklah serumit dan sesulit yang kita pikir. Memang bicara itu sangatlah mudah, tapi satu hal bahwa Tuhan pernah berada dalam masalah yang sangat berat sehingga Dia harus mempertaruhkan nyawa-Nya di atas kayu salib. Dia rela difitnah dan dikecilkan, Dia rela dipaku dan dicambuk serta kepala-Nya dimahkotai duri demi kita”.
Apakah Dia pernah mengeluh dan mengatakan masalahnya adalah yang paling sulit? Dan apakah Dia pernah menyerah dengan keadaannya? Tidak!
Dia tetap pada pendirian-Nya untuk taat kepada Allah, sampai mati di kayu salib dan bangkit pada hari ketiga. Dia menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang hidup yang ada dalam setiap hatimu.
begitu percaya kepada Tuhan, sehingga kamu merasa masalahmu adalah yang paling sulit? Tidak ada masalah yang paling sulit dan tidak ada masalah yang mudah. Karena Tuhan pasti sudah memberikan bagian masing-masing kepada setiap orang.
Mungkin hari ini kita merasa bahwa masalah kita adalah masalah yang sangat sulit bagi, mungkin juga kita sudah tidak sanggup lagi mengatasi masalah ini dan sering kali kita ingin menyerah kepada keadaan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tapi satu hal yang harus kita pahami adalah, bagi Tuhan masalah itu tidaklah serumit dan sesulit yang kita pikir. Memang bicara itu sangatlah mudah, tapi satu hal bahwa Tuhan pernah berada dalam masalah yang sangat berat sehingga Dia harus mempertaruhkan nyawa-Nya di atas kayu salib. Dia rela difitnah dan dikecilkan, Dia rela dipaku dan dicambuk serta kepala-Nya dimahkotai duri demi kita”.
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7)
\
Apakah Dia pernah mengeluh dan mengatakan masalahnya adalah yang paling sulit? Dan apakah Dia pernah menyerah dengan keadaannya? Tidak!
\
Dia tetap pada pendirian-Nya untuk taat kepada Allah, sampai mati di kayu salib dan bangkit pada hari ketiga. Dia menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang hidup yang ada dalam setiap hatimu.