Oleh: Hamba-Hamba Tuhan (bacaan hanya untuk kalangan sendiri)
Siapa pun yang berjumpa dengan seorang Muslim dan
berbincang-bincang dengannya, cepat atau lambat akan mendengar orang Muslim itu
berkata bahwa Yesus tidak disalibkan; namun ada orang lain yang menggantikan
tempatnya di salib dan mengalami penderitaan yang sangat dahsyat dan perlahan
menjelang kematiannya.
Usaha apa pun yang dilakukan untuk memeriksa ayat-ayat dalam
Qur’an yang mendukung pernyataan ini akan membawa kita pada empat ayat yang
mengakui bahwa topik ini harus dibahas dengan hati-hati. Seiring berjalannya
waktu, Muhammad menjadi semakin progresif dan semakin keras terhadap
historisitas penyaliban Kristus. Di permukaan ia menerima kenyataan kematian
natural putera Maria. Kemudian ia mengajarkan bahwa “Isa” hanyalah tertidur dan
terangkat ke surga hidup-hidup. Pada akhirnya ia dengan marah dan kategorikal
menyangkali kematian Kristus di salib.
Siapapun yang masih yakin bahwa apa yang disebut sebagai
tiga agama monoteis, ketiganya menyembah Tuhan yang sama dan
mengharmoniskannya menurut prinsip-prinsip dasar mereka sendiri, harus
mempelajari keempat ayat dalam Qur’an ini agar ia disembuhkan dari
kekeliruannya yang mencolok.
Kematian Kristus – setelah kedatangan-Nya yang kedua
Dalam Sura Maryam 19:33, Muhammad menyampaikan kata-kata
berikut ini kepada ‘Isa, putra Maria:...
وَالسَّلامُ
عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari
Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal, dan pada hari Aku dibangkitkan hidup
kembali.
Klaim ‘kesejahteraan’ ini, yang ditujukan Qur’an kepada
Kristus, pertama-tama dan terutama berarti bahwa Muhammad mengakui ketika ia
menggunakan ungkapan Kristen ini, bahwa sejak kelahiran hingga kematian dan
bahkan melampaui kebangkitan-Nya, Allah sangat berkenan pada Putra Maria.
Melalui “wahyu” ini, kehormatan perawan Maria diselamatkan
dan ia menerima konfirmasi bahwa ia telah melahirkan seorang putra berdasarkan
kehendak Allah dan tanpa adanya campur tangan seorang pria. Qur’an menyaksikan
bahwa putra Maria bukanlah anak haram dan bukan pula akibat perkosaan.
Ayat ini satu-satunya referensi di dalam
Qur’an, yang secara jelas mengkonfirmasi kematian Kristus. Ini
menjelaskan bahwa Muhammad, pada permulaan karir religiusnya telah bertanya
pada para budak Kristen di Mekah dan telah menerima jawaban bahwa Putra Maria
telah diciptakan dalam ibu-Nya melalui Roh Kudus, bahwa Ia telah mati dan
bangkit kembali dari kubur-Nya.
Namun demikian, Muhammad kemudian menolak
pernyataan-pernyataan awal ini dan menginterpretasikannya dalam
“tradisi-tradisinya” (Sahih Muslim, Bab al-Fitan wa Ashrat al-Sa’a 246-247,
5218). Di sana ia mengklaim bahwa ‘Isa tidak mati selama
eksistensi-Nya di dunia tetapi telah diangkat hidup-hidup ke hadirat Allah.
Dari sana Ia akan kembali pada akhir jaman untuk menghancurkan
anti-Kristus, menyerakkan salib-salib di gereja-gereja dan kuburan-kuburan,
membantai babi-babi, menikah, menghilangkan penyesatan Muslim terbesar dan
mengembalikan mereka kepada sisa umat manusia lainnya pada iman yang sejati.
Hanya setelah pemenuhan misi sedunia-Nya Ia akan mati dan dikuburkan di makam
Muhammad di Medina. Penguburan-Nya akan menjadi peristiwa yang mengawali
kedatangan Allah untuk menghakimi dunia. Oleh karena itu, kembalinya Kristus
dalam Qur’an disebut sebagai“pengetahuan akan saat terakhir” (Sura
43:61).
Penundaan kematian Kristus hingga periode setelah
kembali-Nya, secara gramatis tidak benar, karena ayat khusus ini berhubungan
dengan kematian Kristus sebagai sebuah peristiwa pada masa depan yang
dekat, dalam batasan waktu hidup-Nya di dunia. Penafsiran ulang yang
menakjubkan ini menempatkan kematian Kristus pada masa setelah periode
penantian akan Dia (advent), membutuhkan suatu bentuk verbal yang menggambarkan
sebuah masa depan yangjauh, yang tidak dapat ditemukan sama sekali
dalam Sura Maryam.
‘Isa jatuh tertidur dengan lembut dan pengangkatan-Nya
kepada Allah
Di dalam Qur’an, kebenaran sehubungan dengan kematian Yesus
mengalami beberapa kali gangguan yang serius. Dalam Sura 3:54-55 kita membaca:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ
الْمَاكِرِينَ
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي
مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ
فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah
membalas tipu-daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(ingatlah) ketika Allah berfirman: ”Hai Isa, sesungguhnya kami akan
menyampaikan Kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat Kamu kepadaKu serta
membersihkan Kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang
mengikuti Kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian
hanya kepada Akulah kembaliMu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal
yang kamu selalu berselisih padanya.”
Pernyataan sentral berkenaan dengan Kristus ini dibuat
sebelum delegasi dari 60 orang Kristen dari Wadi Nadjran (utara Yaman) yang ada
di bawah kepemimpinan Emir al-Aqib Abd al-Masih dan Uskup mereka, Abu Haritha
b. Alqama, telah melakukan perjalanan ke Medina dan menguji roh yang ada dalam
diri Muhammad. Mereka duduk dengannya dan memilih sekelompok orang dari para
pengikutnya selama 3 hari dalam mesjid di Medina dan menerima jawaban ini di
antara jawaban-jawaban lainnya di akhir dialog resmi pertama mereka, yaitu
dialog antara Kristen dan Muslim. Hal ini dimaksudkan sebagai sebuah cara
terbuka bagi orang Kristen untuk bergabung dengan keyakinan yang baru ini.
Berdasarkan catatan Qur’an mengenai peristiwa ini (Sura
3:33-34), Muhammad mengemukakan bahwa orang-orang Yahudi itu penuh tipu daya.
Mereka telah merencanakan untuk membunuh Yesus secara halus untuk menghindari
terjadinya kekacauan di antara bangsa mereka sebagai akibat dari pembunuhan ini
(Matius 26:2-5; Yohanes 11:46-54). Namun demikian Allah telah bereaksi dengan
cepat dan mencegah duplikasi mereka dengan kecurangannya sendiri, karena Ia,
Allah, adalah “sang penipu ulung”. Ia telah memutuskan untuk
menyelamatkan Putera Maria dari penderitaan dahsyat penyaliban dan tidak lama
sebelum eksekusi-Nya, Allah membuat-Nya jatuh tertidur dan mengangkat-Nya
hidup-hidup ke surga.
Gangguan terhadap peristiwa historis ini kedengarannya
secara manusiawi, sangat menarik, karena Muhammad menggunakan sebuah kata yang
dipakai Allah untuk Yesus yang dapat memuaskan baik orang-orang Muslim dan
orang-orang Kristen dari Yaman Utara. Ia menggunakan konsep Arab “mutawaffika”,
yang berarti “menidurkan seseorang” dan juga “mematikan seseorang”. Muhammad
bermain-main dengan arti ganda dari kata kerja itu: bagi orang Muslim, Yesus
tidak mati, Ia hanya tertidur, tapi bagi orang Kristen Ia benar-benar telah
mati dan telah menyelesaikan eksistensi-Nya di bumi dengan damai dan berhasil.
Muhammad tidak tahan dengan gagasan bahwa Kristus, seorang
nabi Allah dan juga wakil-Nya, disalibkan. Ini berkontradiksi dengan pemahaman
Muhammad mengenai Allah dan teologinya. Mengapa Allah yang setia mesti
mengijinkan Kristus yang setia, tanpa mempedulikan ketidakbersalahan-Nya, jatuh
ke tangan musuh-musuh-Nya yang penuh tipu daya? Jika memang demikian, maka
Allah tidak lagi dapat dikatakan setia maupun maha Kuasa. Muhammad terpaksa
berhadapan dengan skandal salib (1 Korintus 1:18, 23, 24). Ia menolak untuk
membiarkan dirinya diyakinkan oleh Uskup dari Wadi Nadjran, yang menggunakan
argumen-argumen yang dipakai Yesus ketika Ia menemui para murid-Nya setelah
kebangkitan-Nya (Lukas 24:25-27 dan 45-47). Untuk menghindar dari tangkisan
para musuhnya, ia telah menyangkali realita penyaliban Yesus Kristus. Muhammad
bisa jadi beralasan bahwa jika Putera Maria disalibkan, maka kemungkinan besar
ia juga akan menghadapi nasib yang sama! Namun demikian, kemungkinan ini
ditolaknya secara kategorikal. Oleh karena itu, ia menawarkan sebuah kompromi
pada orang-orang Kristen dan mengatakan pada mereka bahwa Putra Maria telah
tertidur dengan lembut dan langsung diangkat ke hadirat Allah.
Pemutar-balikkan fakta ini membuktikan kalimat yang
mengatakan “di hadapan salib Kristus semua roh harus mengakui sifatnya yang
sesungguhnya!” (“Salib Kristus adalah batu ujian yang menyingkapkan semua
roh!”)
Di dalam Qur’an, Allah secara mendadak menyatakan diri-Nya
sebagai “yang paling licik dari semua”! Alkitab menjelaskan dalam
Kejadian 3:1 tentang siapa yang paling licik dari semua: dialah si ular tua
yang disebut Iblis dan Satan (Wahyu 12:9). Salib Yesus mengharuskan si penipu
ulung untuk memperlihatkan wajahnya yang sebenarnya. Ia mencoba di dalam Qur’an
untuk menghapuskan salib Kristus dengan diam-diam, hampir-hampir tidak
ketahuan, dan taktiknya mengkhianati asal-usulnya sebagai bapa pendusta, penuh
dengan kelicikan dan kecurangan (Yohanes 8:44, Wahyu 12:3, 9; 20:2).
Sangat dimengerti bahwa banyak orang Muslim dan
penerjemah-penerjemah Qur’an yang terpelajar mencoba untuk memperhalus dan
menyamarkan nama Allah yang ofensif ini. Mereka menyebut-Nya sebagai Perekayasa
Ulung, Pembuat Intrik dan Penipu. Namun ini tidak mengubah kenyataan bahwa
Qur’an telah 2 kali secara eksplisit memberi gelar “Penipu yang
paling ulung” kepada Allah (Sura 3:54, 8:30; lihat juga 4:142).
Konfirmasi mengenai tidurnya Yesus
Dalam bentuk ‘present tense’, Muhammad menjelaskan mengenai
Yesus dengan menggunakan mitos “jatuh tertidur dengan lembut”. Menurut Qur’an,
Putra Maria muncul 2 kali di hadapan Allah di surga. Kemudian Ia dikonfrontasi
dengan pertanyaan penting, apakah Ia telah mengajarkan para pengikut-Nya sebuah
doktrin yang salah berkenaan dengan trinitas (Bapa, ibu dan anak). Kristus yang
hidup dengan segera tidak mau mengakui kecurigaan ini, mengkonfirmasi, dalam
‘present tense, teori Islam yang mengatakan bahwa Ia telah jatuh tertidur
dengan lembut! Ini adalah perkataan-perkataan yang diperkirakan telah
diucapkan-Nya kepada Allah:... Sura 5:116-117.
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ
قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ
كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا
فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا
دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ
وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
...Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) Aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah yang Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Sejak adanya wahyu-wahyu tuduhan ini, orang-orang Muslim
telah percaya dengan sangat tidak masuk akal, bahwa Yesus hidup di
hadirat Allah! Sedangkan bagi Muhammad, Ia telah mati dan menunggu
(dalam sebuah peralihan, yang disebut alam Barzakh) untuk datangnya
hari penghakiman. Itulah sebabnya mengapa semua orang Muslim, ketika mereka
menyebutkan nama nabinya, mereka harus mendoakannya dan memohonkan damai
untuknya (Sura 33:56). Bukan Muhammad yang berdoa untuk para pengikutnya;
sebaliknya, mereka harus mendoakannya! Namun Yesus adalah kebalikannya. Ia
bersyafaat bagi kita dan Ia adalah perwakilan kita di hadapan Bapa-Nya.
Tetapi oleh karena berdasarkan teologi Islam ‘Isa akan mati
di akhir reformasi Islam sedunia yang dilakukan-Nya, Ia harus mempunyai tubuh
jasmani pada advent-Nya/kenaikanNya yang kedua, agar dapat menjalani kematian
fisik. Itulah sebabnya mengapa para Mufti di Arab Saudi mengumumkan bahwa
Kristus telah diangkat kepada Allah dengan tubuh jasmani, jiwa dan roh!
Berdasarkan pengajaran mereka, Ia adalah suatu roh yang diciptakan Allah dalam
sebuah tubuh jasmani, namun Ia adalah milik “mereka yang dibawa
mendekat” kepada Allah (Sura 3:45, 4:158, 171).
Penolakan radikal terhadap penyaliban Yesus
Muhammad menerima banyak kebenaran Kristen dalam bentuk yang
menyimpang; dalam upaya untuk memenangkan orang-orang Kristen kontemporer
kepada cara pandangnya sendiri. Ia tidak bermasalah dengan kelahiran Kristus
dari seorang perawan, ia juga tidak mempermasalahkan mujizat-mujizat Yesus yang
penuh kuasa, maupun kenaikan-Nya kepada Allah (Sura 3:55; 4:158). Di sisi lain,
ia terus menentang doktrin mengenai keilahian Kristus dan akhirnya dengan tegas
menyangkali kematian-Nya di salib. Dalam Sura 4:156-157 kita membaca:...
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ
بُهْتَانًا عَظِيمًا
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ
لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ
مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan
tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan
mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al-Masih, Isa Putera Maryam, Rasul
Allah”, padahal mereka tidak membunuhNya dan tidak pula menyalibNya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang-orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa.
Ayat ini menandakan garis pemisah yang jelas antara kedua
keyakinan ini: Islam dan Kristen. Namun demikian, teksnya tidak mudah
dimengerti dan menimbulkan banyak pertanyaan dan juga banyak penjelasan.
Pertama-tama, nampaknya tidak mungkin orang-orang Yahudi di
Medina menganggap Putera Maria sebagai “Mesias” atau “utusan Allah”. Mereka
tidak percaya pada kelahiran dari perawan dan mengolok-olok asal-usul
ilahi-Nya.
Di sisi lain, adalah suatu kemungkinan besar bahwa mereka
juga telah secara sarkastis mengancam untuk membunuh Muhammad, jika ia
terus-menerus mengganggu mereka. Sama seperti ketika nenek moyang mereka
menyingkirkan Yesus yang disebut sebagai Mesias. Muhammad dengan marah menolak
ancaman ini dan berkata: “Kalian tidak pernah membunuh-Nya, kalian tidak pernah
menyalibkan-Nya! Allah tidak mengijinkan kalian melakukan hal itu pada Yesus di
masa lalu dan tidak akan membiarkan kalian melakukan hal itu padaku sekarang!
Kalian adalah pembohong!”
Lebih jauh lagi, bisa jadi Muhammad telah mendengar pada
waktu itu mengenai sebuah sekte Kristen di lembah Nil yang mempertanyakan
tentang inkarnasi Tuhan dalam Yesus Kristus. Bidat-bidat ini mengklaim bahwa
Tuhan tidak menjadi manusia yang sesungguhnya, tetapi hanyamuncul dalam
wujud manusia (1 Timotius 3:16). Bagi mereka, adalah mustahil bahwa Sang Kekal
dan Maha Kudus harus mengenakan tubuh jasmani dan menundukkan diri-Nya sendiri
kepada kebutuhan-kebutuhan manusia selayaknya. Demikian pula, Kristus tidak
sungguh-sungguh mati di salib, tetapi hanya mengambil rupa seorang penjahat
yang disalibkan.
Penekanan yang sepihak pada natur ilahi Kristus ini; bersamaan
dengan penyangkalan akan inkarnasi-Nya, telah memberi pengaruh yang fatal pada
pemikiran Muhammad. Ia mengadopsi gagasan tentang penyaliban yang “seakan-akan”
dari Putera Maria dan menghina orang-orang Kristen yang telah tersesat, yang
percaya bahwa Kristus benar-benar telah dibunuh! Argumen ini memberikan
sang nabi suatu alasan teologis yang kokoh untuk menolak salib Kristus. Ia
dengan kukuh mendasarinya pada Qur’an dan dengan demikian menjadikan para
pengikutnya di seluruh dunia kebal terhadap keselamatan dalam Kristus, yang
juga telah dicapai untuk mereka.
Namun demikian, para penafsir Qur’an yang islami mengalami
kesulitan yang serius dalam menjelaskan kalimat “Mereka tidak
membunuh-Nya, dan juga tidak menyalibkan-Nya, namun Ia hanya dibuat seakan-akan/kelihatannya
seperti seorang yang disalibkan bagi mereka”. Beberapa diantara mereka
menulis bahwa Simon dari Kirene dipaksa oleh para prajurit untuk memikul salib
‘Isa, oleh karena Ia (‘Isa) telah menjadi sangat lemah karena cambukan
yang diterima-Nya (Markus 15:21). Saat iring-iringan para terdakwa mencapai
Golgota, para eksekutor Roma memaku para pemanggul salib itu pada salib mereka,
sedangkan Yesus melenggang bebas dan tidak mengalami pelecehan.
Para komentator lainnya menekankan keadilan Allah! Dikatakan
bahwa Ia telah menaruh rupa Yesus di wajah Yudas si pengkhianat, dan demikian
sebaliknya, sehingga sebenarnya si penjahatlah yang disalibkan! Para teolog
Islam dan orang Muslim Turki mempercayai omong kosong ini sampai hari ini dan
bahkan membelanya dengan sangat berapi-api. Mereka bahkan merasa sangat kasihan
pada orang-orang Kristen yang percaya bahwa Kristus benar-benar telah
disalibkan.
Seorang penafsir lainnya (al-Tabari) menulis bahwa pada
kenyataannya Yesus memang disalibkan. Namun demikian setelah itu, terjadilah
gerhana matahari dan gempa bumi yang besar mengguncang penduduk Yerusalem. Para
penjaga di Golgota melarikan diri karena ketakutan dan berusaha mencari
perlindungan. Kemudian Yesus berkata pada diri-Nya sendiri: “Mengapa saya mesti
terus tergantung di salib, sementara semua orang lari menyelamatkan diri dari
murka Allah?” Maka Ia pun turun dari salib dan dibawah selubung kegelapan Ia
cepat-cepat menghilang. Kelompok/sekte Ahmadiyah mengklaim bahwa ‘Isa berjalan
jauh hingga tiba di Kashmir, di India Utara, dimana Ia kemudian wafat karena
sebab-sebab alamiah. Mereka bersikeras bahwa kuburan-Nya masih dapat dilihat di
Srinagar hingga hari ini. (Lihat: Iskandar Jadeed: “The Cross in the Gospel and
the Koran”).
Muhamamad menuliskan dalam Sura 4:157 bahwa ada
perbedaan-perbedaan pendapat yang mendasar diantara orang-orang Kristen pada
waktu itu berkenaan dengan natur Kristus dan kematian-Nya. Oleh karena situasi
ini, ia tidak begitu yakin mengenai fakta-fakta yang ada dan juga apakah penyangkalannya
terhadap penyaliban itu dibenarkan. Para sarjana Muslim bersepakat setelah
kematiannya, dan mengemukakan bahwa: Putera Maria tidak disalibkan, Ia hanya
dibuat kelihatannya demikian di hadapan mereka!
Hingga sekarang hanya sedikit orang Kristen yang menyadari
bahwa penyangkalan terhadap penyaliban adalah sebuah serangan telak terhadap
inti kekristenan. Dengan memperhatikan fakta ini, kami tidak sedang berusaha
untuk membangkitkan sebuah pertentangan dengan orang Muslim. Sebaliknya, tujuan
kami adalah untuk menjelaskan kepada orang Kristen agar bersikap terbuka pada
dialog, yang mana selama 1380 tahun Islam telah mengganggap semua orang Kristen
sebagai “mereka yang telah tersesat”, “pembohong” dan “orang-orang kafir
penyembah berhala” oleh karena salib Kristus (Sura 1:7, 3:61, 9:29). Salib yang
sangat dihormati oleh banyak orang Kristen, dihina dan direndahkan sebagai
sebuah jimat, dibenci dan seringkali dikutuk oleh banyak orang Muslim!
Namun demikian, untuk mempermalukan orang Israel secara
moral, Gamal Abd al-Nasser di Mesir dan Baschir Asad di Siria telah dengan
berani, berkontradiksi dengan pengajaran Qur’an, menyebut
orang-orang Yahudi sebagai para pembunuh Yesus. Penayangan film “The Passion of
the Christ” pada tahun 2004 secara mengejutkan diijinkan oleh banyak negara
Arab dan negara Islam untuk memprovokasi kebencian terhadap para pembunuh
Kristus.
Penyangkalan terhadap substitusi Kristus
Orang yang membaca Qur’an akan mendapati bahwa susunan frase
berikut ini muncul 5 kali:... (Sura 6:164, 17:15, 35:18, 39:7, 53:38).
Semua orang harus memikul tanggung-jawab dan menjalani
penghukuman atas dosa-dosanya sendiri. Bahwa Anak Domba YAHWEH harus menanggung
dosa dunia adalah sesuatu yang tidak dapat dibayangkan/tidak masuk akal dalam
Islam. Murid-murid Muhammad tidak memahami/asing terhadap substitusi ilahi
apapun yang mengambil alih dosa orang lain atas dirinya sendiri dan dihukum
oleh karena kesalahan orang lain (Yesaya 53.4-12, Yohanes 1:29, 3:16). Oleh
karena itu, semua Muslim mencoba untuk mendokumentasikan kebenaran mereka
sendiri melalui perbuatan-perbuatan baik mereka/amal seiring dengan iman mereka
kepada Allah dan Muhammad. Pembenaran melalui kasih, atas dasar kematian
substitusi yang membawa penebusan, bagi mereka tampak sebagai sebuah ketidakadilan
terhadap mereka yang menyembah Allah dan berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan
Syariah melalui doa-doa, puasa, zakat, ibadah haji, dan berpartisipasi dalam
Perang suci/Jihad. Islam adalah sebuah agama yang legalistik, yang tidak
mempunyai tempat untuk seorang Juruselamat yang disalibkan.
Konsep perjanjian baru mengenai “keselamatan dan
Juruselamat” dan arti pentingnya, tidak ada sama sekali di dalam
Qur’an. Oleh karena itu penyangkalan terhadap penyaliban Kristus merupakan
kecelakaan yang tidak disesali, yang dihasilkan oleh konfrontasi dari kedua
agama dunia ini. Sebaliknya, hal ini pun muncul dari ketimpangan sudut
pandang spiritual mereka. Islam adalah “sebuah agama di bawah kekuasaan hukum”,
yang berbeda dengan kekristenan yang secara eksklusif dibangun atas dasar
anugerah Tuhan dalam Yesus Kristus. Perkataan Rasul Paulus berkenaan dengan
hukum (Taurat) dan Injil sangat dapat diaplikasikan pada Islam juga (Roma
3:9-20, Galatia 2:16,21).
Tidak ada seorang Muslim pun yang menerima pengampunan atas
dosa-dosanya
Tak seorang pun, yang hidup berdasarkan Injil, percaya bahwa
ia dibenarkan karena perbuatan baiknya sendiri (yang jika diukur menurut
kekudusan Tuhan, perbuatan baik itu tidak eksis), melainkan hanya sepenuhnya
melalui karya penebusan dari Dia yang mati disalib.
Darah Yesus Putra-Nya membersihkan kita dari semua dosa (1
Yohanes 1:7).
Tidak ada pembenaran lain selain dari pembenaran melalui
darah Yesus. Kesalehan natural, seperti yang dipraktekkan dalam agama-agama
lain, tidaklah cukup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan legal dari kekudusan
Tuhan (Imamat 11:44, 19:2, Matius 5:48).
Oleh karena orang Muslim tidak percaya pada penyaliban
Kristus, pada saat yang sama mereka menolak pembenaran, pengampunan,
keselamatan, rekonsiliasi dengan Tuhan dan pembebasan yang ada melalui Yesus
Kristus. Artikel kedua dari Pengakuan Iman Kristen sama sekali absen
dalam Islam! Artikel ketiga juga sama sekali tidak dikenal oleh orang
Muslim, jika isinya benar-benar diperhatikan. Karena, hanya oleh kematian
Kristus yang membawa penebusanlah Roh Kudus dicurahkan pada para murid ketika
mereka sedang menunggu dan berdoa. Melalui penyangkalan terhadap salib secara
permanen, Islam memisahkan dirinya sendiri dari semua pemberian anugerah Tuhan
demi Kristus dan menolak hak-hak istimewa dan sumber-sumber dari iman Kristen.
Muslim berpendapat bahwa, pada Penghakiman Terakhir, sebuah
timbangan besar akan didirikan: perbuatan baik dan juga perbuatan jahat mereka
akan ditimbang satu sama lain. Di dalam Qur’an tertulis:... (Sura 11:114)
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ
وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ
ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Untuk alasan ini, tidak seorang Muslim pun dapat yakin akan
keputusan akhir Allah nantinya, apakah dosa-dosanya akan diampuni atau tidak.
Ia hidup tanpa ada jaminan bahwa pelanggaran-pelanggarannya telah dihapuskan,
dalam ketidakpastian yang konstan dan takut akan Penghakiman Terakhir.
Kira-kira 1 milyar 400 juta orang Muslim diikat oleh roh
Islam yang bersifat kolektif ini. Kapankah orang-orang Kristen yang mempunyai
pemikiran yang bertanggung-jawab akhirnya akan bangun dan menyadari bahwa, di
atas dasar kekayaan anugerah yang berlimpah dari penyaliban Kristus, kita
adalah orang-orang yang berhutang kepada orang-orang Muslim yang belum
diselamatkan? Oleh karena itu, marilah kita di abad dialog religius
multi-kultural yang dipraktekkan oleh beberapa pemimpin Kristen berpegang teguh
pada kesaksian Rasul Paulus, dan kita pun bersaksi bahwa:
Kami mengabarkan tentang Kristus yang disalibkan! (1
Korintus 1:23)
Kuis 4
Pembaca yang kekasih!
Jika anda telah mempelajari tulisan ini dengan teliti, anda
akan dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Barangsiapa yang
menjawab 90% dari semua pertanyaan dalam tulisan-tulisan berbeda dari seri ini
dengan tepat, akan mendapatkan sebuah sertifikat dari pusat kami di:
Advanced Studies
In Basic Differences between Islam and Christianity
Untuk menyemangati pelayanannya di masa depan bagi Kristus.
Jawaban anda akan sangat dihargai apabila anda juga memuat referensi Qur’an.
1. Sejauh mana Sura 19 ayat 33 memuat kemungkinan untuk
mengkomunikasikan keseluruhan Injil kepada seorang Muslim?
2. Bagaimanakah orang Muslim memelintirkan pernyataan Qur’an
mengenai kematian Kristus dan menjelaskannya sebagai kematian-Nya setelah
kedatangan-Nya yang kedua?
3. Bagaimanakah orang Muslim menjelaskan mengenai kedatangan
Kristus yang kedua kali berdasarkan tradisi-tradisi mereka?
4. Apakah arti dari perkataan Qur’an yang mengatakan bahwa
Allah lebih ulung dalam menipu daripada orang Yahudi?
5. Mengapa Muhammad menyatakan bahwa Allah adalah penipu
yang paling ulung dari semua? Apakah artinya pernyataan ini?
6. Mengapa Allah di dalam Qur’an mengatakan bahwa Ia
membiarkan Isa jatuh tertidur (mati) dan kemudian membangkitkan Isa kepada
diri-Nya sendiri?
7. Apakah isi dari penipuan Allah yang terbesar?
8. Jika Allah adalah penipu yang paling ulung dari
semua, lalu apakah artinya ini menurut Alkitab?
9. Mengapa orang Muslim percaya bahwa Yesus diangkat
kepada Allah di surga?
10. Mengapa seorang Muslim dapat menerima kehadiran Kristus
di surga namun menyangkali salib?
11. Apakah arti dari pernyataan yang menakjubkan bahwa Yesus
berbicara secara pribadi dengan Allah setelah kenaikan-Nya ke surga?
12. Mengapa Sura 4:157 merupakan salah satu dari pernyataan
anti Kristen yang akut di dalam Qur’an?
13. Bagaimanakah para filsuf liberal Muslim berusaha untuk
menafsirkan ulang ayat ini untuk membuktikan bahwa Muhammad benar dan bahwa
orang-orang Kristen juga benar?
14. Apakah artinya Kristus tidak disalibkan tetapi
dibuat seakan-akan nampaknya demikian pada mereka?
15. Bagaimanakah Qur’an menyangkali kemungkinan adanya
substitusi pada hari penghakiman?
16. Mengapa tidak ada seorang Muslim pun yang menerima
pengampunan dosa menurut Injil?
Semua peserta kuis ini diijinkan untuk menggunakan buku apa
saja yang dipilihnya dan bertanya pada orang yang dapat ia percayai ketika
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kami menantikan jawaban tertulis anda
disertai dengan alamat lengkap anda pada surat anda atau e-mail anda. Kami
mendoakan anda kepada Yesus, Sang Firman Hidup, agar Ia memanggil, mengutus,
menuntun, menguatkan, melindungi dan menyertai anda setiap hari dalam hidup
anda!
Saudaramu dalam pelayanan-Nya,
Hamba-hamba Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar