WAKTUNYA SUDAH GENAP
(THE FULLNESS OF TIME)
Galatia 4:4
20-12-2013
Kami mengucapkan selamat datang kepada anda sekalian yang menghadiri kebaktian
yang patut mendapatkan pujian ini bersama kami di the First Baptist Church of
Dallas. Dan saya, gembala sidang, yang akan menyampaikan sebuah khotbah mengenai
penjelasan dari ayat di dalam Galatia 4:4, yang saya beri tema Waktunya Sudah
Genap.
Ayat di dalam Galatia 4:4 berbunyi :
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia
diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada Hukum Taurat, supaya kita
diterima menjadi anak” (LAI)---dengan demikian kita termasuk menjadi
bagian dari keluarga Allah yang indah, berharga dan menyembah-Nya..
“Setelah Genap Waktunya”---pleroma, diterjemahkan
dengan “genap”. Kata tersebut mempunyai arti, persiapan yang sudah rampung.
Tujuan kasih karunia Allah berjalan sepanjang tahun, abad, dan selama
beribu-ribu tahun. Pleroma (kegenapan) Allah. Persiapan
menyeluruh yang dikerjakan Tuhan Allah untuk kedatangan Anak-Nya ke bumi.
Waktu adalah penciptaan. Kita hidup di dalam waktu. Tetapi
bagi Allah tidak ada yang namanya waktu. Allah merencanakan seluruh rencana
sejarah umat manusia, Dia adalah Alpha dan Omega, dan semuanya itu ada oleh
pertimbangan-Nya. Dia sudah merencanakannya sejak semula. Bagi Allah tidak ada
yang namanya waktu. Saya membayangkan waktu selama beribu-ribu tahun dimana
Allah menciptakan dunia yang sangat menakjubkan di sekitar kita ini, dengan
pekerjaan tangan-Nya yang kreatif.
Apabila anda pernah ke Grand Canyon, anda dapat melihat sejauh satu mil ke
bawah. Dan ketika pandangan mata anda sampai ke dasar bumi, anda akan melihat
Sungai Colorado mengalir berkelok-kelok di kedalaman tiga ratus kaki di bawah
batu yang padat, keras dan kokoh. Para ahli geologi berpendapat bahwa batu
keras yang terdapat di bawah jurang tersebut, dulunya merupakan pegunungan yang
tingginya dua-puluh-enam kaki, dan waktu yang bejalan selama beribu-ribu tahun
itu membuat batu-batu tersebut menjadi aus sampai akhirnya terkubur di bawah
jurang.
Allah tidak terburu-buru. Allah tidak tergesa-gesa dan tidak berubah. Dan di
dalam pleroma (kegenapan) Tuhan Allah, Dia merancangkan
maksud-maksud kasih karunia-Nya selama berabad-abad. Kadang-kadang, bagi
sejarah manusia rasanya berjalan sangat lama sekali baru kita bisa melihat
maksud dari karya Allah, tetapi Dia bekerja, Dia menuntun, Dia
mengarahkan---itulah kepenuhan Allah.
“Tetapi setelah genap waktunya”---chronos. Kita menggunakan kata
tersebut dengan banyak kombinasi dalam bahasa Inggris—chronology atau chronicles. Chronos,
waktu. Allah telah mengatur waktu untuk segala sesuatunya, sebagaimana yang
ditulis di dalam kitab Pengkhotbah, “Untuk segala sesuatu ada masanya,
untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (NKJV). Ada waktu
untuk lahir---anda tidak berkuasa apa-apa atas hal ini. Ada waktu untuk
meninggal, di dalam maksud dan kasih karunia Allah. Ada waktu dimana Allah akan
membangkitkan kita dari kematian. Ada waktu kita berhadap-hadapan dengan-Nya di
sorga, dan Tuhan akan memberikan kita penghargaan atas hasil kerja kita---suatu
waktu, suatu waktu yang telah direncanakan, setelah genap waktunya.
Oleh sebab itu, ada waktu Tuhan harus dilahirkan dan seluruh sejarah serta
zaman berpusat kepada kejadian tersebut. Ada waktu, suatu waktu yang sudah
direncanakan bagi Dia untuk disalibkan. Ada waktu, suatu waktu bagi Dia
untuk dibangkitkan dari kematian. Ada waktu, suatu waktu yang sudah
direncanakan bagi Dia untuk naik ke sorga. Dan ada waktu, suatu waktu yang
sudah direncanakan dimana Tuhan akan datang kembali.
Saudara-saudara, firman di dalam kitab Roma 11, ayat 25, adalah ayat yang
digunakan Paulus untuk menerangkan kejadian itu secara jelas. Begini bunyinya
: “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai,
aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini : Sebagian dari Israel telah menjadi
tegar..” (NKJV). Ada suatu kumpulan orang (musterion), sebuah
rahasia yang Allah simpan di dalam hati-Nya “sampai jumlah yang penuh
(pleroma) dari bangsa-bangsa lain telah masuk”---sampai bangsa-bangsa lain
yang harus ditebus masuk ke altar.
Lalu, di ayat selanjutnya, ayat 26, kemudian akan datang sang Penebus Agung,
Tuhan Yesus kita, sang Raja, turun dari sorga untuk menjadi Tuhan atas seluruh
bumi ini. Ada suatu waktu yang sudah dirancang untuk kedatangan sang Penyelamat
kita. Sesuai dengan tujuan Allah, semua sejarah bergerak ke arah pencapaian
akhir tersebut. Kegenapan (pleroma) sejarah.
Kemudian Paulus menyatakan, “setelah genap waktunya”---waktunya sudah genap--“
untuk waktu yang sudah datang, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang
perempuan.”
Persiapan yang Tuhan Allah lakukan untuk kedatangan Anak-Nya ke bumi.
Pertama-tama saya akan membicarakan mengenai hal yang berhubungan dengan
pengkhotbahan, agama, persiapan yang dilakukan oleh Allah. Ketika mereka
dibuang ke Babel untuk dijadikan budak, dan Bait di Yerusalem dihancurkan, dan
tidak ada lagi pengorbanan dan tidak seorang imampun yang menghadap kepada
Tuhan, bagi bangsa Yahudi, bangsa yang berada dalam pembuangan sebagai budak,
itu merupakan suatu penderitaan yang tidak terlukiskan.
Mazmur 137 mencerminkan luka hati dan kepedihan yang
dirasakan oleh bangsa yang hancur:
“Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk
sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di
tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang
menawan kita, meminta kepada kita, memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang
yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita : “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian
dari Sion !” Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing ?
Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku
! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat
engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku !”
Melalui penderitaan dan tragedi serta kepedihan dari bangsa yang hancur dan
berada dalam pembuangan di Babel tersebut, dari sanalah asalnya maksud-maksud
Allah akan kedatangan Anak-Nya ke dunia.
Ada 3 hal yang timbul dari pembuangan ke Babel ini. Hal yang pertama, setelah
itu dan untuk selamanya, bangsa Yahudi menjadi bangsa yang menyembah kepada
satu Tuhan. Sepanjang sejarah, bangsa tersebut jatuh ke dalam perzinahan dan
penyembahan berhala, tetapi setelah pembuangan, di dunia yang memuja dewa-dewa
dan memuja berhala, bangsa Yahudi sendiri tetap menyembah kepada satu Tuhan, yang
menunjuk pada satu Allah yang benar di bumi.
Hal yang kedua, dari kepedihan dan luka hati selama dalam pembuangan ke Babel,
keluarlah peraturan dasar Kitab Suci. Ezra dan para pengurus sinagog
mengumpulkan seluruh tulisan-tulisan suci dari Tuhan, dan kemudian dijadikan
sebagai Kitab Allah.
Hal yang ketiga, dari pembuangan ke Babel terbentuklah perhimpunan umat Allah.
Tidak ada lagi tempat pemujaan atau ritual atau korban, selain dari perhimpunan
umat---sinagog---perhimpunan umat Allah. Sinagog dibentuk saat pembuangan ke
Babel.
Dan itulah penggenapan dari Allah untuk kita. Dengan berdiri menentang dunia
ini, pengkhotbah dan misionaris Kristen menyembah kepada satu-satunya Tuhan
Allah, sang Penyelamat dunia, tidak ada yang lainnya. Karena Dia sendiri adalah
Raja dan Tuhan atas langit dan bumi.
Selain itu, pengkhotbah Kristen teguh berdiri dengan sebuah Kitab Suci di
tangannya, yaitu Firman yang diilhami, yang suci, dan sempurna dari Allah yang
hidup.
Dan hal yang ketiga, perhimpunan umat Allah di Bait Allah, jemaat yang
merupakan keluarga Allah yang telah ditebus. Penggenapan, maksud Allah,
menggerakkan sejarah umat manusia.
Saudara-saudara yang terkasih, saya akan menyimpang sedikit dari sini---hanya
satu firman dari khotbah ini. Selalu saja ada tujuan akhir Allah dari
penderitaan yang dialami oleh umat manusia, selalu. Mungkin saya tidak
mengetahuinya. Mungkin tidak melihatnya. Mungkin saya tidak mengalaminya,
tetapi pasti ada penggenapan---ada suatu maksud akan kasih karunia melalui
penderitaan yang dialami oleh umat manusia.
Saya membayangkan kisah Stefanus, yang mati syahid di dalam kitab Kisah Para
Rasul. Orang-orang saleh meratap sedih dengan suara keras, saat mereka membawa
tubuh pengkhotbah yang penuh Roh Kudus itu, yang mati syahid karena
lemparan batu dan dibunuh, ke kuburnya. Tetapi melalui kejadian
itu---penganiayaan di seputar kematian Stefanus, para pengkhotbah dan
misionaris Kristen menyeberang ke dunia yang sudah maju. Itulah tujuannya.
Dan contoh yang lainnya adalah ketika Saulus dari Tarsus bertemu dengan Yesus
di perjalanan, Tuhan berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapakah
engkau menganiaya Aku?” (NKJV). Apakah yang Dia maksudkan dengan
perkataan-Nya itu ? Kitab Kisah Para Rasul dan kesaksian Paulus itu jelas.
Paulus tidak pernah melihat seseorang mati seperti cara Stefanus mati. Tetapi
dia mencoba untuk menyimpannya dalam pikirannya dan mengingatnya, Stefanus yang
sedang berlutut, sementara batu-batu yang dilemparkan akan menghabiskan
nyawanya, mendoakan mereka yang membunuhnya. Dan kejadian itu mengubahnya.
Memanggilnya. Dia menjadi utusan dan pembawa kabar iman kepada Allah yang
berani.
Selalu ada maksud di dalam penderitaan, dan itu terjadi di dalam hidup anda.
Terjadi di dalam kehidupan kita. Dan apabila kita bersedia, namun dengan tegar
dan iman, suatu hari Allah akan membuatnya jelas. Dia akan menjelaskannya
kepada anda. Ada alasan untuk itu. Ada suatu pleroma (penggenapan)
yang sedang bekerja di bumi ini, yaitu maksud akan kasih karunia Allah.
“Setelah
genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang
perempuan”.
Tidak hanya ada khotbah, agama, persiapan, untuk kedatangan Tuhan kita ke bumi
ini, tetapi juga ada sejarah, suatu persiapan budaya.
Alexander Yang Agung, ketika dia mulai menaklukkan dunia yang sudah maju,
membawa serta gurunya, Aristoteles. Dan Alexander yang Agung membuat seluruh
dunia ini berbahasa Yunani. Badan-badan Yunani, filosofi Yunani, arsitektur
Yunani, dan kebudayaan Yunani serta berbahasa Yunani---dari satu satu kerajaan
ke kerajaan lainnya, seluruh dunia yang berada ini berbahasa Yunani. Mereka
berbicara bahasa Yunani.
Ketika Alexander meninggal pada usia tiga puluh tiga tahun---dia seumur dengan
Tuhan kita. Ketika Alexander yang Agung meninggal, kerajaannya dibagi oleh
keempat jenderalnya menjadi empat bagian, dan mereka menjalankan Helenisasi
Yunani terhadap dunia yang sudah maju tersebut. Cassander menguasai Makedonia,
bagian Eropa Kerajaan Yunani. Lysimachus menguasai Asia Kecil. Seleucus, yang
anaknya bernama Antiochus, menguasai Syria. Dan Ptolemy menguasai Mesir.
Dan mereka terus menjalankan Helenisasi terhadap dunia yang sudah maju
tersebut. Dari satu wilayah ke wilayah lainnya menjadi Yunani.
Oleh sebab itu, ketika pengkhotbah Kristen, seorang penginjil, maju terus
menyatakan pekerjaan Allah yang menakjubkan di dalam Jesus Kristus, mereka
menyampaikannya dengan sebuah bahasa yang universal. Dari satu satu wilayah ke
daerah wilayah lainnya, mereka menyampaikan khotbah dalam bahasa Yunani dan
seluruh dunia dapat mengerti. Ketika Paulus menulis suratnya ke kota besar
Roma, yang dia beri judul Kitab Roma, dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Dan
ketika Rasul Yohanes menulis surat-suratnya kepada tujuh jemaat di Asia, dia
menulis surat-surat tersebut dalam bahasa Yunani. Dari satu wilayah ke wilayah
lainnya dari kerjaan itu, berbahasa Yunani.
Dan para pengkhotbah pertama Kristen itu, para pemenang jiwa-jiwa, para
pemberita dari kasih karunia Allah yang menakjubkan, ketika mereka berdiri di
mana saja di dunia yang sudah maju itu, mereka dapat mengerti dan dapat
mendengar. Bahasa Yunani. Tanpa disadari Alexander yang Agung atau angan-angan
para penerusnya dalam membangun kerajaan Yunani, mereka sebenarnya sedang
mempersiapkan jalan, penggenapan, untuk kasih karunia Allah akan kedatangan
Yesus Kristus.
“Setelah
genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang
perempuan”.
Yang dipersiapkan dalam penggenapan Allah, yaitu tujuan-tujuan Allah dalam
sejarah umat manusia, tidak hanya dalam bidang agama dan kebudayaan saja. Ada
juga persiapan di bidang politik untuk mempersiapkan kedatangan bayi Kristus ke
dunia. Kerajaan Roma menggabung seluruh bangsa di dunia menjadi satu seperti
jalan-jalan Roma. Anda dapat berjalan di mana saja. Anda dapat pergi ke mana
saja. Dari Kerajaan Inggris di sebelah utara ke Sungai Indus di sebelah timur,
jalan-jalan Roma ada di mana-mana, dan itu bebas serta dilindungi.
Mereka mempunyai salah satu dari sistim-sistim pengeposan yang terbaik yang
pernah dimiliki dunia. Anda dapat mengirim surat-surat dari satu sisi dunia
yang sudah maju ke dunia maju lainnya. Dan masyarakat hidup di dalam keamanan
yang kuat. Tidak ada perang. Tidak ada pertempuran. Hanya ada Pax
Romana, suatu pakta keamanan Roma yang universal.
Di kota Roma, ada kuil Yanus, yaitu dewa pintu, jalan raya, dan gerbang bangsa
Romawi. Dia memiliki dua wajah, saling bertolak belakang. Pada bulan Januari,
yang menjadi asal dari namanya, merupakan pesta yang diadakan baginya. Wajah
yang satu menghadap ke belakang, dan yang satunya menghadap ke depan. Pada
masa-masa perang, maka gerbang-gerbang, pintu-pintu kuil Yanus terbuka. Para
tentara siap untuk bertempur. Pada masa-masa tenang, maka pintu-pintu kuil
Yanus akan menutup. Selama bertahun-tahun, di masa-masa ke-Kristenan mulai,
pintu-pintu kuil Yanus tertutup.
Dan para misionaris Kristen dan para murid Tuhan kita, serta para pengkhotbah
Kitab Suci Yesus, turun ke jalan-jalan raya dan jalan-jalan umum kota Roma,
dengan tenang dan aman, memberitakan kabar kasih karunia keselamatan dari Anak
Allah, penggenapan, yaitu penggenapan waktu.
Tanpa pernah disadari oleh setiap Kaisar bahwa apa yang mereka lakukan dengan
membangun Kerajaan tersebut, sebetulnya dia sedang mempersiapkan dan membuka
jalan untuk datangnya pengkhotbah Tuhan Yesus kita. Sebuah mujizat akan kasih
karunia Allah.
Di dalam penggenapan Allah akan tujuan-tujuan kasih karunia, yaitu persiapan
yang sutuhnya akan kedatangan Tuhan kita---yang diperlukan tidak hanya agama,
yaitu pekerjaan Allah melalui umat-Nya, dan tidak hanya budaya, dengan bangsa
Yunani dan badan-badannya, dan tidak hanya bidang politik, dengan Kerajaan
Romawi mengenai jalan-jalannya serta keamanannya yang universal, tetapi juga
persiapan pribadi di sorga.
Saya seringkali bertanya-tanya---dan anda juga---apa maksudnya ketika Kitab
Wahyu, Penyingkapan, menggambarkan Yesus sebagai Domba Jantan yang dibantai,
sejak dari sebelum dunia ini diciptakan. Mundur jauh ke belakang, di kegelapan
sejarah yang ribuan tahun jaraknya, sebelum penciptaan dunia ini, Yesus, di
hapadapan Allah, adalah Domba Jantan yang dibantai untuk menghapus dosa
umat-Nya.
Di dalam Kitab Ibrani, di sana digambarkan tempat dan waktu di mana Anak,
pribadi kedua dari Tritunggal Allah, menawarkan, menyerahkan dirinya secara
sukarela menjadi Penyelamat dunia : “Sungguh, Aku datang untuk
melakukan kehendak-Mu, ya Allahku” (Ibrani 10:7, NKJV). “Engkau
telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibrani 10:5, NKJV). Kemudian penulis
Kitab Ibrani menggambarkan peristiwa inkarnasi itu :"Sebab sesungguhnya,
bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia
kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya"(Ibrani 2:16-17, NKJV). "Dan dalam
hal demikian, sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbua dosa" (Ibrani
4:15, NKJV). Supaya Ia menjadi Imam Besar yang setia dan penuh belas kasihan,
yang mengerti akan pencobaan kita, sehingga Ia dapat menjadi perantara dan
menjadi pendoa syafaat kita, karena Dia juga mengerti akan pencobaan-pencobaan
yang kita hadapi.
Penggenapan Allah, akan maksud-maksud Allah, sebelum dunia dijadikan.
Kemudian, pada suatu waktu di bumi, keturunan perempuan itu, Protevangelium,
kitab suci demi kitab suci. Di dalam kitab Kejadian 3:15 : “Keturunan
perempuan itu akan meremukkan kepala iblis”. Para rabi-rabi zaman dulu
bertanya-tanya mengenai hal itu : “keturunan perempuan.” Wanita tidak memiliki
benih ! Tetapi laki-laki yang memiliki benih. Namun nubuatan tersebut
berkata, “keturunan perempuan itu akan meremukkan kepalanya.”
Kemudian janji kemuliaan muncul kembali di zaman Abraham. “Dan melalui
keturunanmu, sebagai satu keluarga,” Paulus berkata, “Dan melui keturunanmu,
sebagai satu keluarga, semua keluarga di bumi ini akan diberkati,” keturunan
perempuan itu.
Dan nubuatan yang indah yang disampaikan oleh Mikha di dalam Mikha 5, ayat 2
: “Tetapi engkau, hai Bethlehem Efrata, hai yang terkecil di antara
kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah
Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (NKJV).
Dia selalu memperhatikan.
Dan hari itupun tiba. Setelah genap waktunya, akan lahir dari seorang
perempuan. Dan di jalanan yang berbatu menuju ke Bethlehem, perempuan itu
berjalan, dalam keadaan mengandung tua. Dan Yusuf berjalan di sebelahnya.
Dan hari itupun tiba, dan saat itupun tiba, penggenapan Allah, ketika persiapan
yang yang lengkap sudah selesai. Dan malaikat pun bernyanyi seraya berkata, “Dan
inilah tandanya bagimu : Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus
dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:12, NKJV),
suatu tanda abadi yang akan manusia heran selama-lamanya. Dibungkus dengan
lampin, karena begitu miskinnya sehingga tidak ada sedikit pun bahan untuk
dibuat baju, tidak ada baju untuk dibuat bagi bayi itu, hanya dibungkus dengan
kain lampin. Lahir di sebuah kandang, dan terbaring di dalam palungan, suatu
tanda yang akan membuat manusia heran selama-lamanya. Di sana, seorang wanita
dimuliakan. Di sana, seorang ibu dikuduskan, dan di sana, seorang anak
diagungkan, dimuliakan. Ya, ampun, bagaimana hal itu bisa terjadi ?
“Setelah
genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan”, sehingga
Dia dapat menebus kita untuk diangkat menjadi keluarga Allah. Ya Tuhan, Tuhan,
betapa Kitab Suci yang indah, betapa pujian dan sukacita dan ucapan syukur yang
menakjubkan---saat Natal, saat inkarnasi, saat kelahiran, saatnya Yesus, datang
ke dunia untuk menebus kita bagi Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar